Perbedaan Mendasar : Antara Tajassus dan Tabayyun
Dalam era informasi yang serba cepat seperti saat ini, penyebaran berita dan informasi dapat terjadi dalam hitungan detik. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar dapat dipastikan kebenarannya. Dalam konteks ini, dua istilah penting dalam Islam seringkali perlu dipahami dengan baik, yaitu tajassus dan tabayyun. Keduanya sama-sama terkait dengan sikap terhadap informasi atau perilaku terhadap orang lain, namun memiliki makna dan konsekuensi yang sangat berbeda.
Pengertian Tajassus
Tajassus berasal dari kata dalam bahasa Arab "تَجَسَّسَ" yang berarti mengintai, menguping, atau mencari-cari kesalahan orang lain secara sembunyi-sembunyi. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus)...”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini dengan tegas melarang seorang muslim melakukan tajassus, karena perbuatan ini merusak kehormatan orang lain dan menumbuhkan kebencian dalam masyarakat. Islam mengajarkan untuk menjaga kehormatan sesama dan tidak mencampuri urusan pribadi yang tidak perlu.
Contoh tajassus dalam kehidupan sehari-hari bisa berupa mengintip pesan pribadi orang lain, menyadap pembicaraan, atau membuka rahasia seseorang tanpa izinnya. Dalam konteks digital saat ini, bentuk tajassus juga bisa terjadi saat seseorang dengan sengaja mencari-cari keburukan orang lain di media sosial, membocorkan chat pribadi, atau bahkan menyebarkan rekaman rahasia.
Pengertian Tabayyun
Berbeda dengan tajassus, tabayyun adalah upaya untuk mencari kejelasan dan kebenaran terhadap sebuah informasi sebelum mengambil sikap atau tindakan. Kata tabayyun berasal dari kata “تَبَيَّنَ” yang berarti menjelaskan, menjernihkan, atau meneliti. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka telitilah (tabayyanu) agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan itu.”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini menekankan pentingnya bersikap hati-hati dalam menerima informasi. Seorang muslim diperintahkan untuk tidak langsung percaya atau menyebarkan berita tanpa klarifikasi. Tabayyun adalah bentuk kehati-hatian, keadilan, dan tanggung jawab moral terhadap sesama.
Dalam kehidupan sehari-hari, tabayyun bisa diwujudkan dengan cara mengonfirmasi kabar yang diterima melalui pesan berantai, memverifikasi berita di media sosial, atau mendatangi langsung pihak yang bersangkutan untuk mengklarifikasi isu yang beredar.
Perbedaan Mendasar antara Tajassus dan Tabayyun
Meskipun keduanya sama-sama menyangkut proses pencarian informasi, perbedaan antara tajassus dan tabayyun sangat jelas:
Tajassus :
Tujuan : Mencari-cari kesalahan
Metode : Sembunyi-sembunyi, tanpa izin
Hukum : Dilarang keras
Dampak Sosial : Merusak kehormatan dan kepercayaan
Tabayyun :
Tujuan : Mencari kebenaran
Metode : Terbuka, dengan adab
Hukum : Diperintahkan dalam Islam
Dampak Sosial : Mencegah kesalahpahaman dan konflik
Mengapa Tajassus Dilarang?
Larangan terhadap tajassus sangat relevan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Ketika seseorang merasa bahwa hidupnya selalu diawasi atau dicurigai, ia akan kehilangan rasa aman dan kepercayaan. Tajassus merusak rasa saling percaya antar individu dan menciptakan iklim sosial yang penuh kecurigaan. Selain itu, setiap manusia memiliki sisi pribadi yang tidak perlu diketahui oleh orang lain, selama hal itu tidak membahayakan publik atau agama.
Pentingnya Tabayyun dalam Era Digital
Di zaman media sosial dan komunikasi digital, tabayyun menjadi semakin penting. Banyak hoaks, fitnah, dan potongan informasi menyesatkan tersebar dengan cepat. Tanpa proses tabayyun, seseorang bisa saja menyebarkan informasi palsu yang mencemarkan nama baik orang lain atau menyebabkan kegaduhan.
Sayangnya, sebagian orang mengira mereka sedang “tabayyun”, padahal yang mereka lakukan adalah “tajassus” — misalnya dengan menyelidiki rekam jejak digital orang lain untuk menjatuhkan atau membuka aibnya. Padahal tabayyun sejati dilakukan untuk menjaga kebenaran, bukan untuk membuka kejelekan.
Sikap Islam: Menjaga Kehormatan dan Menegakkan Kebenaran
Islam mengajarkan keseimbangan antara menjaga kehormatan individu dan menegakkan kebenaran. Tajassus mengarah pada perusakan kehormatan pribadi, sedangkan tabayyun adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab sosial. Dalam menegakkan kebenaran, seorang muslim tidak boleh tergelincir menjadi pelaku tajassus yang mencari-cari celah untuk menjatuhkan saudaranya.
Sikap ideal seorang muslim adalah berhati-hati, penuh adab, dan niat yang bersih. Jika ada berita yang mencurigakan, langkah pertama bukanlah mengumbar atau mengintai, melainkan mengklarifikasi secara baik-baik. Jika tidak bisa memastikan, maka lebih baik diam daripada menyebarkan kabar yang belum tentu benar.
Dalam kehidupan sosial, terutama di zaman digital yang serba terbuka ini, umat Islam dituntut untuk memahami secara benar antara tajassus dan tabayyun. Membedakan keduanya sangat penting agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa akibat menyebarkan aib atau berita palsu. Menjaga kehormatan orang lain adalah bagian dari menjaga kehormatan diri sendiri. Sementara itu, tabayyun adalah sarana utama untuk menegakkan keadilan dan membangun masyarakat yang damai serta saling percaya.
Mari kita budayakan tabayyun dan tinggalkan tajassus, demi kehidupan yang lebih harmonis dan penuh berkah.