6 Keistimewaan dan Keutamaan Bulan Muharram
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Allah SWT telah menyebutkan bulan ini sebagai salah satu dari bulan-bulan haram (bulan suci), bersama dengan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Keistimewaan bulan Muharram tidak hanya terletak pada posisinya sebagai pembuka tahun hijriyah, tetapi juga pada amalan dan peristiwa penting yang terjadi di dalamnya.
1. Salah Satu dari Empat Bulan Haram
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus...”
(QS. At-Taubah: 36)
Empat bulan haram tersebut adalah waktu yang dimuliakan, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh dan dilarang berbuat zalim atau permusuhan. Pada bulan-bulan ini, pahala dilipatgandakan dan dosa juga diperberat.
2. Disebut "Syahrullah" – Bulannya Allah
Dalam sebuah hadits shahih, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.”
(HR. Muslim)
Penyebutan Muharram sebagai "syahrullah" (bulannya Allah) menunjukkan betapa agungnya bulan ini di sisi-Nya. Tidak ada bulan lain yang mendapat penyebutan ini. Hal ini menjadi motivasi besar bagi umat Islam untuk mengisinya dengan ibadah dan amal saleh.
3. Disunnahkan Puasa, Terutama Tanggal 10 Muharram (Asyura)
Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Muharram adalah puasa Asyura, yaitu puasa pada tanggal 10 Muharram. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari tersebut:
“Aku berharap kepada Allah, agar puasa hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim)
Untuk lebih menyelisihi kaum Yahudi yang juga memuliakan hari tersebut, Rasulullah menganjurkan untuk juga berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya, yaitu tanggal 9 atau 11 Muharram. Maka disunnahkan berpuasa tanggal 9-10, atau 10-11 Muharram, atau ketiganya.
4. Hari Diselamatkannya Nabi Musa AS
Hari Asyura juga merupakan hari yang penuh sejarah. Dalam hadits, disebutkan bahwa pada hari tersebut, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Karena itu Nabi Musa berpuasa sebagai bentuk syukur. Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui hal ini, beliau bersabda:
“Kami lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu beliau pun memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di hari itu.
5. Momen Muhasabah dan Hijrah Spiritual
Sebagai awal tahun Hijriyah, Muharram menjadi momen yang tepat untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Kita bisa menilai kembali perjalanan hidup kita selama setahun terakhir dan menyusun niat serta resolusi untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun baru hijriyah ini. Muharram juga mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah — simbol perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran.
6. Dilarang Berperang dan Melakukan Kezaliman
Dalam bulan-bulan haram, termasuk Muharram, Allah melarang umat-Nya melakukan tindakan kekerasan dan kezaliman. Ini menjadi pengingat untuk menjaga diri dari dosa, baik dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dengan Allah SWT. Sebaliknya, kita dianjurkan memperbanyak kebaikan seperti sedekah, zikir, tilawah Al-Qur'an, dan mempererat silaturahmi.
Bulan Muharram bukan sekadar bulan pertama dalam kalender Islam, tetapi bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Ia menjadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal ibadah, dan menghidupkan sunnah Nabi SAW, khususnya puasa Asyura. Mari jadikan Muharram sebagai awal perubahan ke arah yang lebih baik, dengan semangat hijrah spiritual menuju ridha Allah SWT.
“Barang siapa yang memperbanyak amal kebaikan di bulan-bulan mulia, maka Allah akan melipatgandakannya.”
(Ibnu Katsir dalam Tafsir QS. At-Taubah: 36)