Penciptaan Naluri Manusia: Fitrah yang Menuntun Kehidupan
Setiap manusia lahir dengan membawa bawaan dasar yang melekat dalam dirinya. Bawaan itu bukan sekadar karakter atau kebiasaan, tetapi sesuatu yang lebih dalam: naluri. Naluri adalah dorongan alami yang muncul tanpa diajarkan, diciptakan langsung oleh Allah sebagai bagian dari fitrah manusia. Ia membantu manusia bertahan, berkembang, dan menjalani kehidupan sesuai tujuan penciptaannya.
Apa Itu Naluri?
Secara sederhana, naluri (fitrah) adalah dorongan alamiah yang muncul tanpa melalui proses belajar. Ia mengarahkan manusia kepada kebutuhan-kebutuhan emosional, sosial, hingga spiritual. Naluri ini bukan sesuatu yang tercipta secara kebetulan, tetapi merupakan rancangan ilahi untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia sebagai makhluk yang mulia dan berakal.
Islam memandang bahwa naluri merupakan bagian dari ciptaan Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu...”
(QS. Ar-Rum: 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia memiliki fitrah bawaan yang menuntun mereka kepada kebenaran dan kebutuhan dasar manusiawi.
Tiga Naluri Utama dalam Diri Manusia
Para ulama membagi naluri manusia ke dalam tiga kelompok besar. Masing-masing memiliki fungsi dan peran penting dalam perjalanan kehidupan.
1. Naluri Melestarikan Jenis (Gharizah An-Nau’)
Ini adalah naluri yang berkaitan dengan keberlangsungan keturunan. Termasuk di dalamnya dorongan untuk menikah, mencintai lawan jenis, serta membangun keluarga.
Naluri ini tidak hanya mendorong manusia pada hubungan biologis, tetapi juga melahirkan kasih sayang, tanggung jawab, dan ikatan keluarga. Tanpa naluri ini, manusia tidak akan memiliki keturunan dan peradaban tidak akan berlanjut.
2. Naluri Beragama (Gharizah At-Tadayyun)
Naluri ini membuat manusia terdorong untuk mencari Tuhan, memuja, dan mencari makna hidup.
Menariknya, seberapa jauh manusia berpindah dari agama, tetap ada keinginan dalam hati untuk bersandar kepada sesuatu yang lebih tinggi. Hal ini karena dorongan spiritual telah ditanamkan oleh Allah sejak awal penciptaan manusia.
Naluri ini pula yang menjadikan manusia makhluk mulia—berbeda dari makhluk lain—karena mereka dianugerahi kesadaran akan Sang Pencipta.
3. Naluri Mempertahankan Diri (Gharizah Al-Baqa’)
Naluri ini membuat manusia ingin selamat, aman, dan terhindar dari bahaya. Dorongan takut, marah, berhati-hati, waspada, bahkan keinginan untuk mencari nafkah—semua berasal dari naluri ini.
Dengan naluri mempertahankan diri, manusia terdorong untuk mencari makan, berobat saat sakit, melindungi diri dari ancaman, serta mengatur kehidupan agar tetap stabil.
Naluri Bukanlah Hawa Nafsu
Sering kali naluri disamakan dengan nafsu, padahal keduanya berbeda. Naluri adalah dorongan dasar yang Allah ciptakan dalam keadaan suci. Sedangkan hawa nafsu adalah kecenderungan yang muncul dari keinginan diri, yang bisa baik atau buruk tergantung bagaimana diarahkan.
Naluri tidak mungkin dihilangkan, tetapi dapat diatur. Itulah mengapa manusia butuh akal dan syariat untuk menuntun naluri agar berjalan pada jalan yang benar.
Tujuan Penciptaan Naluri
Mengapa Allah menciptakan manusia dengan naluri?
-Agar manusia dapat bertahan hidup.
Tanpa naluri makan, takut, atau kewaspadaan, manusia tidak mungkin selamat.
-Agar manusia dapat berkembang dan membangun peradaban.
Rasa cinta, ketertarikan, dan keinginan untuk berkeluarga memunculkan masyarakat dan generasi baru.
-Agar manusia mengenal dan menyembah Allah.
Naluri beragama menuntun manusia untuk mencari kebenaran, mendekat kepada-Nya, dan menjalani hidup dengan tujuan.
-Agar hidup manusia seimbang.
Naluri menyeimbangkan unsur fisik, emosional, sosial, dan spiritual.
Mengelola Naluri Sesuai Tuntunan Islam
Naluri tidak bisa dihapus, tetapi bisa diarahkan. Cara terbaik adalah dengan mengikutinya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya:
-Naluri melestarikan jenis diarahkan melalui pernikahan yang sah.
-Naluri mempertahankan diri diarahkan melalui menjaga diri dari bahaya, bekerja halal, dan tidak berlebihan dalam takut atau marah.
-Naluri beragama diarahkan melalui ibadah yang benar, tauhid, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika naluri dijalankan sesuai syariat, manusia hidup dengan tenang, selaras, dan jauh dari kerusakan.
Naluri adalah bagian dari rahmat Allah bagi manusia. Ia bukan sekadar dorongan, tetapi pondasi kehidupan yang membuat manusia bisa bertahan, berkembang, dan kembali kepada Tuhannya. Memahami naluri berarti memahami sebagian besar dari siapa diri kita sebenarnya.
Dan yang terpenting, naluri hanya akan membawa kebaikan apabila diarahkan dengan iman dan ilmu.
