Apa Niatmu dalam Mencari Ilmu ?
Mencari ilmu adalah salah satu ibadah terbesar dalam Islam. Namun, sebagaimana ibadah lainnya, kualitas dan keberkahan ilmu sangat bergantung pada niat yang ada dalam hati pencarinya. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu, penting bagi setiap penuntut ilmu, baik ia seorang pelajar, mahasiswa, santri, guru, atau siapa pun yang menapaki jalan ilmu, untuk bertanya pada dirinya sendiri: "Apa niatku dalam mencari ilmu?"
1. Ilmu dalam Islam: Jalan Menuju Surga
Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat mulia. Allah ﷻ memuliakan orang-orang berilmu dalam firman-Nya:
"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa ilmu bukan sekadar alat untuk mengejar dunia, tetapi sebuah wasilah (jalan) untuk menuju akhirat.
2. Niat yang Lurus: Belajar Karena Allah
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa menuntut ilmu wajib diawali dengan niat yang benar, yaitu mencari ridha Allah, agar bisa mendekatkan diri kepada-Nya, mengenal halal dan haram, serta menjadi sebab kebaikan bagi diri dan orang lain.
Beberapa bentuk niat yang baik dalam mencari ilmu:
-Agar bisa mengenal Allah lebih dekat, melalui ilmu syar’i.
-Agar bisa mengamalkan ilmu tersebut, bukan sekadar tahu, tetapi hidup sesuai tuntunan.
-Agar bisa mengajarkan kepada orang lain, sebagai bagian dari dakwah.
-Agar bisa menegakkan kebenaran dan memberantas kebodohan.
Dengan niat yang lurus, belajar menjadi ibadah. Bahkan membaca buku, mendengar ceramah, menghadiri majelis ilmu, atau menghafal pelajaran bisa menjadi ladang pahala yang terus mengalir.
3. Bahaya Niat yang Salah dalam Menuntut Ilmu
Dalam hadits yang sangat menggugah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya dicari karena mengharap wajah Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat."
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Betapa bahayanya jika niat kita dalam menuntut ilmu hanya untuk:
-Mencari popularitas dan pujian orang.
-Menjadi bintang di atas mimbar, bukan pembawa cahaya hidayah.
-Mencari kedudukan, bukan keberkahan.
-Mendapatkan gelar, tapi kosong dari pengaruh spiritual.
Ilmu seperti ini bisa jadi malah menjadi kutukan, bukan berkah. Ia hanya memberatkan di akhirat jika tidak disertai dengan amal dan keikhlasan.
4. Ilmu Dunia atau Ilmu Akhirat?
Sebagian orang menganggap bahwa hanya ilmu agama yang bernilai ibadah. Padahal, dalam Islam, semua ilmu bisa bernilai ibadah, asalkan diniatkan dengan benar.
Seorang dokter, jika belajar untuk menyembuhkan umat dan menolong jiwa manusia karena Allah, maka ia sedang berada di jalan jihad. Seorang insinyur yang ingin membangun negeri agar umat Islam maju, juga bernilai besar di sisi Allah. Bahkan seorang petani yang belajar agar hasil panennya berkah dan halal, juga sedang meniti jalan kebaikan.
Jadi, ilmu duniawi sekalipun, bisa menjadi jalan ke surga, jika niatnya benar dan digunakan untuk maslahat umat.
5. Evaluasi Diri: Saatnya Introspeksi
Terkadang, seseorang memulai dengan niat yang lurus, namun di tengah jalan muncul penyakit hati: ingin dipuji, disanjung, atau merasa lebih tinggi dari orang lain. Oleh karena itu, penting bagi penuntut ilmu untuk sering-sering mengevaluasi niat.
Tanda-tanda niat kita mulai melenceng:
-Lebih senang dilihat saat belajar, namun lalai saat sendirian.
-Semangat ketika mendapat pujian, tapi malas saat tak ada yang melihat.
-Merasa sombong karena merasa lebih tahu.
-Mudah meremehkan orang yang ilmunya lebih sedikit.
Jika gejala ini muncul, segera kembalikan niat kepada Allah. Banyak istighfar dan berdoa agar hati selalu dijaga dari riya dan ujub.
6. Menuntut Ilmu dengan Tawadhu’ dan Adab
Ilmu hanya akan masuk ke hati yang rendah hati. Imam Malik pernah berkata, "Ilmu tidak akan didapat oleh orang yang merasa cukup dengan dirinya, dan tidak mau duduk dengan rendah hati di hadapan ulama."
Maka, niat yang lurus harus diiringi dengan:
-Tawadhu’ (rendah hati).
-Sabar dalam menghadapi kesulitan belajar.
-Menghormati guru dan adab dalam majelis ilmu.
-Tidak tergesa-gesa ingin menjadi terkenal.
-Dengan sikap ini, insya Allah ilmu akan membawa keberkahan dan manfaat dunia akhirat.
7. Penutup: Luruskan Niat, Tebar Manfaat
Setiap hari kita menuntut ilmu, baik di sekolah, kampus, pesantren, kantor, atau dari pengalaman hidup. Namun jangan sampai aktivitas itu menjadi sia-sia hanya karena niat yang keliru.
Mari kita luruskan niat, perbaiki tujuan, dan berdoa kepada Allah:
“Ya Allah, ajarilah aku apa yang bermanfaat, dan berilah aku manfaat dari apa yang Engkau ajarkan, serta tambahkanlah ilmu kepadaku.”
Karena ilmu sejati adalah yang mendekatkan kita pada Allah, membuat kita makin takut kepada-Nya, dan menumbuhkan cinta untuk memberi manfaat kepada sesama.