Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikmah dan Peristiwa Penting pada 10 Dzulhijah


Tanggal 10 Dzulhijah merupakan salah satu hari yang paling agung dalam Islam. Hari ini dikenal sebagai Hari Raya Idul Adha, sebuah momen besar yang mengandung berbagai makna spiritual, sosial, dan historis bagi umat Islam di seluruh dunia. Bukan hanya sebagai hari raya semata, 10 Dzulhijah juga menyimpan sejumlah peristiwa penting yang sarat hikmah dan pelajaran hidup.

1. Hari Raya Idul Adha: Hari Besar Islam

Idul Adha adalah hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijah. Dalam syariat Islam, hari ini disebut juga sebagai Yaum an-Nahr (Hari Penyembelihan), karena pada hari inilah umat Islam yang mampu melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih hewan seperti kambing, sapi, atau unta, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari penyembelihan (Yaum an-Nahr), kemudian hari menetap (Yaum al-Qar)."

(HR. Abu Dawud)

Idul Adha juga merupakan puncak dari ibadah haji yang dilakukan oleh jutaan umat Islam di tanah suci. Di Arafah, Muzdalifah, Mina, dan tempat-tempat suci lainnya, para jamaah haji menapaktilasi perjuangan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya sebagai bentuk pengabdian total kepada Allah.

2. Peristiwa Penting: Antara Nabi Ibrahim Nabi Ismail AS

Peristiwa monumental yang melatarbelakangi Idul Adha adalah kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Dalam Al-Qur’an, kisah ini diabadikan sebagai salah satu teladan agung dalam ketaatan dan keikhlasan.

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim dalam mimpi untuk menyembelih putranya sebagai bentuk ujian. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah tersebut kepada Ismail, dan dengan penuh keikhlasan, Ismail menjawab:

“Wahai ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

(QS. Ash-Shaffat: 102)

Namun saat penyembelihan hendak dilakukan, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, sebagai tanda bahwa ujian telah berhasil dilalui. Peristiwa ini menunjukkan tiga nilai agung: ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan.

3. Hari Raya Kurban: Makna Sosial dan Spiritual

Ibadah kurban pada 10 Dzulhijah bukanlah sekadar menyembelih hewan, tetapi memiliki dimensi spiritual dan sosial yang dalam:

Dimensi Spiritual: Kurban adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ilallah). Seperti dalam firman Allah:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya...”

(QS. Al-Hajj: 37)

Dimensi Sosial: Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin, kerabat, dan masyarakat umum. Ini mempererat ukhuwah Islamiyah dan mengurangi kesenjangan sosial.

4. Pelaksanaan Rukun Haji

Pada tanggal 10 Dzulhijah juga berlangsung rangkaian utama ibadah haji, yaitu:

-Melempar jumrah Aqabah: Mengingatkan umat Islam untuk melawan godaan setan sebagaimana Nabi Ibrahim menggagalkan bujukan setan saat hendak menyembelih Ismail.

-Penyembelihan hewan kurban: Sebagai bagian dari syariat haji dan napak tilas sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim.

-Mencukur atau memotong rambut (tahallul): Tanda berakhirnya sebagian larangan ihram.

-Thawaf Ifadah: Salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan.

Semua ini memperlihatkan bahwa 10 Dzulhijah adalah puncak ibadah bagi para tamu Allah.

5. Hikmah Besar yang Dapat Dipetik

Hari 10 Dzulhijah menyimpan banyak hikmah yang sangat berharga bagi kehidupan umat Islam, antara lain:

a. Keikhlasan dan Ketaatan kepada Allah

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah haruslah dilakukan dengan keikhlasan dan tanpa keraguan, bahkan ketika diperintahkan sesuatu yang berat.

b. Semangat Berkorban

Setiap Muslim diajarkan untuk berani mengorbankan sesuatu yang berharga demi meraih ridha Allah. Pengorbanan tidak selalu berupa materi, tapi juga waktu, tenaga, bahkan hawa nafsu.

c. Solidaritas Sosial

Pembagian daging kurban kepada sesama menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan pemerataan dalam kehidupan sosial. Ibadah kurban menjadi sarana berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang mampu.

d. Pembersihan Diri dan Jiwa

Sebagaimana jamaah haji yang mencukur rambut sebagai simbol pembersihan, umat Islam juga diajak untuk membersihkan hati dari sifat egois, kikir, dan sombong.

e. Meneladani Nabi Ibrahim AS sebagai Simbol Ketauhidan

Nabi Ibrahim disebut sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah). Beliau adalah simbol tauhid sejati, yang meninggalkan seluruh bentuk kesyirikan dan tunduk total kepada Allah. Perjuangannya menjadi teladan bagi seluruh umat manusia hingga hari kiamat.

6. Keutamaan Hari-Hari Tasyriq

Setelah 10 Dzulhijah, umat Islam memasuki Hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijah), yaitu hari-hari untuk berdzikir, makan, minum, dan melanjutkan penyembelihan kurban bagi yang belum sempat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Hari-hari Tasyriq adalah hari makan, minum dan berdzikir kepada Allah.”

(HR. Muslim)

Hari-hari ini adalah pelengkap kemuliaan 10 Dzulhijah, yang menjadi momentum untuk memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil.

Maka, Tanggal 10 Dzulhijah bukan hanya hari besar dalam kalender Islam, melainkan momentum penuh makna yang menyatukan aspek ibadah, pengorbanan, solidaritas, dan ketauhidan. Umat Islam di seluruh dunia diingatkan untuk terus meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS, memperkuat keikhlasan dalam beribadah, dan berbagi kepada sesama melalui ibadah kurban.

Di tengah kehidupan yang semakin materialistis dan individualistis, nilai-nilai yang terkandung pada hari 10 Dzulhijah menjadi sangat relevan: keikhlasan dalam beribadah, pengorbanan untuk kebaikan, dan kepedulian terhadap sesama.

Semoga kita semua mampu memaknai dan mengamalkan hikmah dari hari agung ini dengan sebaik-baiknya.