Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Penamaan Hari Jumat dalam Islam


Hari Jumat memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Ia bukan sekadar penanda akhir pekan, tetapi merupakan hari ibadah, pertemuan, dan rahmat. Nama "Jumat" tidak muncul secara kebetulan; ada sejarah panjang dan makna mendalam di balik penamaannya. Artikel ini akan mengulas bagaimana hari Jumat dinamakan, apa yang membedakannya dari hari-hari lain, serta kedudukannya dalam syariat Islam.

1. Asal Penamaan “Jum’at”

Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab menggunakan sistem penamaan hari berdasarkan urutan angka. Hari-hari dinamakan sebagai berikut:

Ahad (الأحد) – hari pertama

Itsnain (الإثنين) – hari kedua

Tsulatsa’ (الثلاثاء) – hari ketiga

Arbi’ā’ (الأربعاء) – hari keempat

Khomīs (الخميس) – hari kelima

’Arūbah (العروبة) – nama hari keenam dalam sistem pra-Islam

Sabt (السبت) – hari ketujuh

Hari yang kini kita sebut sebagai “Jumat” dulunya bernama ’Arūbah, yang bermakna kurang lebih “hari istirahat atau pertemuan” menurut sebagian riwayat.

Setelah datangnya Islam, Rasulullah ﷺ mengganti nama hari keenam tersebut menjadi "Jumu’ah" (الجمعة), yang berasal dari akar kata "jama’a" (جمع) yang berarti "mengumpulkan".

2. Mengapa Disebut Jum’at?

Penamaan "Jum’at" tidak lepas dari fungsi dan peristiwa yang terjadi pada hari tersebut:

Hari Berkumpulnya Kaum Muslimin:

Pada hari Jumat, umat Islam diwajibkan berkumpul untuk melaksanakan salat Jumat secara berjamaah. Inilah salah satu ciri khas hari Jumat dibanding hari lainnya.

Hari Diciptakannya Nabi Adam:

Dalam hadis shahih disebutkan bahwa Nabi Adam diciptakan, dimasukkan ke surga, dan diturunkan ke bumi semuanya pada hari Jumat. Ini menambah keistimewaan hari tersebut.

Hari Istimewa dalam Islam:

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke surga, dan pada hari itu dia dikeluarkan darinya."

(HR. Muslim)

3. Dalil Penamaan dari Al-Qur'an

Allah ﷻ menyebut hari Jumat secara eksplisit dalam Al-Qur'an, yaitu dalam Surah Al-Jumu’ah:

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli."

(QS. Al-Jumu’ah: 9)

Ini satu-satunya hari yang disebut langsung dalam nama surat Al-Qur'an, menunjukkan kedudukan istimewanya.

4. Hari Jumat dalam Peradaban Islam

Setelah penamaan tersebut dilembagakan oleh Nabi Muhammad ﷺ, kaum Muslimin menjadikan Jumat sebagai hari besar mingguan. Masjid-masjid dibangun dengan mimbar untuk khutbah Jumat, dan umat Islam di seluruh dunia menunaikan salat Jumat sebagai bentuk penghambaan kepada Allah sekaligus membangun persaudaraan sesama Muslim.

5. Perbedaan dengan Hari Sabat Yahudi dan Hari Minggu Nasrani

Dalam tradisi Yahudi, hari Sabtu (Sabat) adalah hari istirahat dan ibadah. Umat Nasrani kemudian menjadikan hari Minggu sebagai hari suci. Islam datang dengan menjadikan hari Jumat sebagai hari ibadah utama, mengandung unsur ibadah berjamaah, dzikir, dan khutbah, serta tidak mengharamkan aktivitas duniawi setelah salat Jumat selesai.

6. Hikmah dan Keutamaan Hari Jumat

Hari Jumat dipenuhi banyak keutamaan, antara lain:

-Waktu mustajab doa (antara ashar dan maghrib)

-Disunnahkan membaca Surah Al-Kahfi

-Sunnah memperbanyak shalawat kepada Nabi

-Pahala besar bagi yang datang lebih awal ke masjid untuk salat Jumat

Semua ini menjadikan hari Jumat bukan sekadar hari libur atau santai, tapi hari peningkatan spiritual dan pengingat akhirat.

------------------------------------------------)

Penamaan hari Jumat dalam Islam bukan sekadar perubahan istilah, melainkan bagian dari reformasi sosial dan spiritual yang dibawa oleh Islam. Dari hari ‘Arūbah menjadi hari Jumu’ah, umat Islam diajak untuk berkumpul, menguatkan iman, mempererat ukhuwah, dan mengingat Allah dalam suasana jamaah. Maka, marilah kita memuliakan hari Jumat sebagaimana Islam memuliakannya—dengan ilmu, ibadah, dan amal saleh.