Ketertipuan Itu Nyata: Jalan Keluar dari Ketertipuan
Dalam kehidupan ini, manusia sangat rentan terhadap ketertipuan. Ketertipuan bisa bersumber dari luar: dunia yang menggoda, manusia yang menyesatkan, atau setan yang membisikkan. Namun, yang lebih berbahaya adalah ketertipuan dari dalam: saat hati dan akal kita sendiri membenarkan yang salah, merasa baik padahal berada dalam keburukan.
Ketertipuan Itu Nyata
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang cerdas adalah yang mengoreksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah."
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini memberi peringatan keras bahwa ketertipuan sering datang dari kesalahan dalam memandang diri sendiri. Orang merasa cukup dengan amal yang sedikit, merasa selamat karena status sosial atau penampilan luar, padahal dalam dirinya penuh kelalaian.
Ketertipuan itu nyata ketika:
-Kita merasa sudah cukup taat karena rajin sholat, tapi tetap berbuat zalim.
-Kita merasa sudah banyak beramal, lalu menganggap remeh dosa-dosa kecil.
-Kita merasa punya niat baik, padahal amal tak sesuai syariat.
-Kita merasa sudah “paling benar” dan meremehkan orang lain.
Mengapa Kita Bisa Tertipu?
Karena tertipu oleh dunia.
Dunia tampak indah, penuh gemerlap, seolah membawa kebahagiaan. Padahal sejatinya, dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Allah berfirman:
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Ali Imran: 185)
Karena lalai dari menghisab diri.
Orang yang tak pernah muhasabah akan terus merasa dirinya baik. Padahal, bisa jadi dia terjebak dalam kesombongan, ria, atau bahkan dosa yang tidak dia sadari.
Karena tidak memahami ilmu agama.
Ketidaktahuan bisa menjadikan orang merasa benar padahal salah. Bahkan ibadah pun bisa menjadi sebab ketertipuan jika tak disertai ilmu yang benar.
Karena merasa aman dari azab Allah.
Ada orang yang terus bermaksiat sambil berkata, “Toh Allah Maha Pengampun.” Inilah bentuk ketertipuan yang halus namun membinasakan.
Tanda-tanda Orang Tertipu
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa di antara ciri orang yang tertipu adalah:
-Bangga dengan amal, tapi lupa memperbaiki niat.
-Menyibukkan diri dengan amal sunnah, tapi meremehkan kewajiban.
-Berhujah dengan takdir untuk membenarkan kemaksiatan.
-Menganggap dirinya paling suci dan saleh.
Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata:
“Betapa banyak orang yang tertipu dengan ucapan ‘kami bertawakal kepada Allah’, padahal ia hanya bermalas-malasan.”
Jalan Keluar dari Ketertipuan
1. Muhasabah dan Introspeksi
Langkah awal keluar dari ketertipuan adalah dengan jujur menilai diri sendiri. Evaluasi terus niat, amal, dan sikap hati. Umar bin Khattab berkata:
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang.”
Muhasabah membuat hati waspada. Ia mencegah kesombongan dan menyadarkan bahwa masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
2. Menuntut Ilmu dengan Hati yang Lapar
Ilmu agama yang benar akan membimbing kita keluar dari kebodohan dan ketertipuan. Pelajari Al-Qur’an dan hadis dengan bimbingan ulama. Ilmu adalah cahaya yang membongkar tipu daya setan dan hawa nafsu.
Ibnul Qayyim mengatakan:
“Orang yang paling besar tertipu adalah orang yang menjauh dari ilmu, namun merasa dirinya sudah beriman dan beramal saleh.”
3. Bersahabat dengan Orang-orang Saleh
Lingkungan sangat berpengaruh. Teman yang saleh akan menasihati, mengingatkan, dan membantu kita kembali ke jalan yang benar. Sementara teman yang buruk justru menguatkan kita dalam kelalaian.
4. Membaca Al-Qur’an dengan Tadabbur
Al-Qur’an adalah cermin hati. Saat dibaca dengan tadabbur, ia akan menampakkan siapa diri kita sebenarnya. Ia membongkar tipuan dunia, memperingatkan bahaya ujub dan ria, serta mengingatkan kita akan kematian dan akhirat.
5. Berdoa agar Ditetapkan di Jalan yang Lurus
Ketertipuan bisa menimpa siapa saja. Maka jangan merasa aman. Teruslah berdoa kepada Allah agar hati kita tidak menyimpang:
“Ya Allah, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.”
(QS. Ali Imran: 8)
Dan berdoalah seperti doa Rasulullah ﷺ:
“Ya Allah, tunjukilah aku kepada kebenaran, dan jadikan aku ridha terhadapnya. Tunjukkan pula kepadaku kebatilan, dan jauhkan aku darinya.”
Penutup
Ketertipuan dalam hidup adalah ujian yang halus namun berbahaya. Ia bisa menyamar dalam bentuk ketaatan, amal, atau keyakinan yang keliru. Jalan keluarnya adalah dengan ilmu, muhasabah, lingkungan yang baik, serta permohonan kepada Allah agar hati kita dijaga dalam keikhlasan dan kebenaran.
Jangan sampai kita merasa sudah sampai, padahal baru melangkah. Jangan merasa selamat, padahal masih tertipu.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus, menjauhkan kita dari ketertipuan dunia, dan menutup hidup kita dalam husnul khatimah.