Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Mereka" Tak Meminta Surga Karena Malu


Ada sebagian hamba yang luar biasa rasa malunya kepada Allah. Bukan karena mereka merasa tidak pantas mendapatkan surga, tetapi karena mereka terlalu sadar betapa besar karunia Allah, dan betapa kecil amal yang telah mereka persembahkan. Mereka bukan tidak menginginkan surga, namun mereka merasa malu untuk memintanya, karena merasa belum layak menerimanya.

Malu kepada Allah: Cermin Keimanan yang Tinggi

Rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Malu yang terpuji adalah malu kepada Allah, yaitu ketika seseorang merasa tidak pantas bermaksiat karena menyadari bahwa Allah senantiasa melihatnya. Namun ada pula rasa malu yang lebih tinggi: malu karena merasa belum mampu mempersembahkan apa-apa untuk Allah, malu karena selama hidup hanya banyak menerima, sedikit memberi.

Kisah Orang-Orang yang Takut Berharap Surga

Para sahabat Rasulullah ﷺ dan orang-orang saleh terdahulu adalah teladan dalam hal ini. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang yang dijamin surga oleh Rasulullah, pernah berkata:

"Andai aku tahu bahwa satu orang saja akan masuk neraka dan sisanya masuk surga, aku khawatir aku adalah orang itu."

Begitu pula Hasan al-Bashri rahimahullah, seorang tabi’in yang sangat zuhud, mengatakan:

"Aku malu kepada Allah untuk meminta surga, sementara aku tidak tahu apakah aku telah menjaga hak-hak-Nya dengan baik."

Ini bukan karena mereka putus asa. Justru sebaliknya. Mereka sangat mengenal Allah, sehingga tumbuh rasa malu dan kehati-hatian yang luar biasa. Mereka beribadah bukan karena pamrih, tapi karena cinta, takut, dan harap yang seimbang.

Rasa Malu yang Melahirkan Kesungguhan

Orang yang malu kepada Allah tidak menjadi pasif, justru sebaliknya. Ia semakin giat beribadah, semakin sungguh-sungguh menjauhi dosa, karena merasa belum layak menghadap-Nya. Rasa malu itu bukan membuatnya berputus asa, tapi menjadi bahan bakar untuk memperbaiki diri setiap hari.

Seperti seorang hamba yang mencintai tuannya, ia bekerja lebih keras bukan karena takut hukuman, tapi karena tak ingin mengecewakan.

Bukan Tidak Boleh Meminta Surga

Islam tidak melarang kita untuk meminta surga. Bahkan dalam banyak doa, Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk meminta surga dan berlindung dari neraka:

"Ya Allah, aku mohon surga kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka."

(HR. Abu Dawud)

Namun bagi orang-orang yang hatinya telah diliputi kesadaran mendalam akan dosa dan kelalaian, lidah mereka menjadi kelu untuk meminta. Hati mereka penuh dengan rasa malu, karena menyadari betapa sedikitnya yang telah mereka persembahkan dibanding nikmat yang telah Allah limpahkan.

Tingkatan Keikhlasan

Mereka yang tidak meminta surga bukan karena tidak mau, melainkan karena malu, adalah orang-orang yang berada pada tingkatan ikhlas yang tinggi. Mereka beribadah bukan untuk ganjaran, tapi karena merasa itu kewajiban dan bentuk syukur. Jika pun Allah masukkan mereka ke dalam surga, itu murni karena rahmat-Nya, bukan karena amal mereka.

Sebab itulah Orang-orang seperti ini sangat langka. Di saat banyak manusia beramal demi pahala dan ganjaran, mereka justru beramal karena malu jika tidak memberikan yang terbaik kepada Tuhannya. Mereka tidak menuntut surga, namun mereka pun tidak berani berbuat dosa. Malu mereka menjadi pagar yang kuat dalam hidup.

Semoga kita diberi hati yang lembut, yang mengenal Allah dengan pengenalan yang dalam, sehingga malu kita kepada-Nya mendorong kita menjadi hamba yang lebih taat dan ikhlas.