Cara Terbaik "Melampiaskan" Emosional Sesuai Tuntunan Islam
Emosi adalah fitrah manusia yang Allah tanamkan dalam hati. Marah, sedih, kecewa, bahkan gembira adalah bagian dari dinamika kehidupan. Namun, tidak jarang emosi—terutama amarah—membawa seseorang pada perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam Islam, setiap aspek kehidupan, termasuk cara mengendalikan emosi, telah diajarkan dengan penuh hikmah. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam menghadapi situasi emosional tanpa kehilangan kendali.
Hakikat Emosi dalam Pandangan Islam
Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan orang yang bertakwa sebagai mereka yang mampu menahan amarah. Firman Allah:
“Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)
Ayat ini menunjukkan bahwa mengelola emosi, khususnya amarah, adalah tanda ketaqwaan. Emosi bukan untuk dipendam hingga meledak, melainkan diarahkan agar menjadi energi positif.
Tuntunan Islam dalam Melampiaskan Emosi
1. Beristighfar dan Mengingat Allah
Saat emosi memuncak, lisan hendaknya segera basah dengan dzikir dan istighfar. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa mengingat Allah akan menenangkan hati (QS. Ar-Ra’d: 28). Dengan berdzikir, emosi yang membara dapat mereda karena hati kembali pada kesadaran spiritual.
2. Mengubah Posisi Tubuh
Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika marahnya belum hilang, maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud).
Perubahan posisi ini membantu meredakan ketegangan fisik sehingga emosi lebih cepat terkendali.
3. Berwudhu
Nabi ﷺ juga bersabda: “Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud).
Wudhu bukan hanya menyucikan tubuh, tapi juga menenangkan jiwa.
4. Diam dan Menahan Lisan
Banyak pertengkaran besar bermula dari kata-kata yang keluar saat emosi. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad).
Diam sejenak bisa mencegah ucapan yang berujung penyesalan.
5. Menyalurkan Emosi dengan Doa
Doa adalah saluran terbaik bagi hati yang sedang gelisah. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa ketika marah: “A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm” (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).
Dengan doa, energi negatif diarahkan pada hubungan vertikal dengan Allah.
6. Menyalurkan Emosi melalui Ibadah
Sholat sunnah, membaca Al-Qur’an, atau sujud panjang adalah terapi paling ampuh. Rasulullah ﷺ sering menjadikan sholat sebagai solusi atas kegelisahan hati.
7. Mengubah Energi Emosi Menjadi Amal
Emosi bisa diubah menjadi energi produktif. Misalnya, ketika marah, alihkan dengan berolahraga, bekerja, menulis, atau membantu orang lain. Islam mendorong umatnya untuk menjadikan emosi sebagai dorongan berbuat baik, bukan keburukan.
Dampak Positif Menyalurkan Emosi dengan Cara Islam
- Ketenangan hati: Jiwa lebih tenteram karena dekat dengan Allah.
- Hubungan sosial yang harmonis: Tidak ada kata-kata kasar yang merusak.
- Kesehatan fisik dan mental: Emosi yang terkendali menjaga tubuh dari stres berlebihan.
- Meningkatkan derajat takwa: Sebab menahan amarah adalah salah satu sifat ahli surga.
Jadi, Emosi adalah bagian dari fitrah manusia. Namun, Islam mengajarkan agar emosi tidak dibiarkan liar, melainkan diarahkan sesuai tuntunan syariat. Dengan istighfar, doa, wudhu, sholat, dan pengendalian diri, seorang muslim tidak hanya mampu mengelola emosinya, tapi juga mendapatkan pahala besar di sisi Allah.
Menahan amarah bukan berarti lemah, justru itu tanda kekuatan sejati. Rasulullah ﷺ bersabda: “Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).