Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Cara Rasulullah Menghitung Dzikirnya

Dzikir merupakan amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan dzikir, hati menjadi tenang, iman semakin kuat, dan jiwa semakin dekat dengan Allah ﷻ. Allah berfirman:

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28).

Dalam keseharian, umat Islam terbiasa menghitung bacaan dzikir agar dapat menjaga jumlah yang telah dianjurkan. Misalnya, membaca tasbih, tahmid, takbir, atau istighfar dalam jumlah tertentu. Namun, pernahkah kita bertanya, bagaimana Rasulullah ﷺ menghitung dzikirnya?

Cara Rasulullah Menghitung Dzikir

Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menghitung dzikirnya dengan cara yang sangat sederhana, yaitu menggunakan jari-jemari tangan beliau.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., Rasulullah ﷺ bersabda:

"Hitunglah tasbih, tahlil, dan tahmid dengan jari-jemarimu, karena sesungguhnya jari-jemari itu akan diminta berbicara dan bersaksi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad).

Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak menggunakan alat bantu khusus, tetapi cukup dengan jari-jemari. Jari-jari itu kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah ﷻ atas dzikir yang telah kita lakukan.

Hikmah Menghitung Dzikir dengan Jari

1. Kesederhanaan Sunnah Nabi – Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa ibadah tidak selalu harus dengan peralatan khusus. Kesederhanaan beliau adalah teladan bagi umat.

2. Jari Menjadi Saksi di Akhirat – Dalam hadis di atas, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa jari-jemari akan bersaksi di hadapan Allah pada hari kiamat, sehingga setiap dzikir yang dihitung dengannya memiliki nilai tambahan.

3. Lebih Mudah dan Praktis – Tidak perlu membawa alat tambahan, cukup jari yang selalu bersama kita. Dengan demikian, dzikir bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

4. Menghadirkan Kesadaran – Menghitung dengan jari membuat seseorang lebih khusyuk dan sadar akan setiap bacaan dzikir, tidak sekadar otomatis melafalkan.

Bagaimana dengan Tasbih?

Setelah zaman Rasulullah ﷺ, para sahabat dan tabi’in juga dikenal menggunakan butiran tasbih dari batu, biji kurma, atau kerikil untuk menghitung dzikir mereka. Hal ini tidak dilarang selama tujuannya untuk mempermudah menjaga jumlah bacaan dzikir.

Imam As-Suyuthi menyebutkan bahwa sebagian ulama sahabat seperti Abu Hurairah ra. memiliki tali dengan seribu simpul untuk menghitung dzikirnya. Ini menjadi tanda bahwa penggunaan tasbih sebagai alat bantu adalah mubah (boleh), meskipun cara yang paling utama adalah dengan jari-jari, sebagaimana sunnah Nabi ﷺ.

Menghidupkan Sunnah Rasulullah

Sebagai umat Islam, kita dianjurkan meneladani Rasulullah ﷺ dalam segala hal, termasuk dalam berdzikir. Menghitung dzikir dengan jari bukan sekadar soal cara, tetapi juga soal menghidupkan sunnah dan menghadirkan rasa dekat dengan Nabi.

Namun, menggunakan tasbih juga tetap diperbolehkan, apalagi jika membantu menjaga jumlah dzikir dengan lebih mudah. Yang terpenting adalah hatinya hadir, lisan berucap dengan mengingat Allah, dan jiwa semakin tunduk kepada-Nya.

Maka sebagai hamba yang taat, jadikanlah Rasulullah ﷺ sebagai teladan utama dalam beribadah. Cara beliau menghitung dzikir dengan jari-jemari menunjukkan kesederhanaan sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa ibadah tidak perlu dibuat rumit.

Dengan menghidupkan dzikir, baik dihitung dengan jari maupun dengan tasbih, seorang muslim akan merasakan ketenangan hati, keberkahan waktu, dan kedekatan dengan Allah ﷻ.

Semoga kita bisa istiqamah dalam berdzikir, sebagaimana Rasulullah ﷺ mencontohkannya.