Penyesalan di Akhirat yang Harus Dihindari
Setiap manusia pasti pernah merasakan penyesalan dalam hidupnya. Namun, penyesalan di dunia masih dapat diperbaiki dengan taubat, amal saleh, dan usaha memperbaiki diri. Berbeda halnya dengan penyesalan di akhirat, di mana tidak ada lagi kesempatan untuk kembali dan memperbaiki kesalahan. Karena itu, memahami apa saja bentuk penyesalan di akhirat menjadi peringatan agar kita tidak terjerumus dalam kelalaian yang membawa kerugian abadi.
1. Penyesalan karena Lalai Beribadah
Banyak manusia yang disibukkan dengan urusan dunia hingga melupakan ibadah kepada Allah. Padahal, waktu di dunia sangat singkat dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal. Di hari kiamat nanti, orang-orang yang melalaikan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan emas yang diberikan Allah.
Allah berfirman:
"Seseorang berkata, 'Aduhai, alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini (akhirat).’"
(QS. Al-Fajr: 24)
2. Penyesalan karena Tidak Menggunakan Nikmat Allah dengan Baik
Allah menganugerahkan waktu, kesehatan, harta, dan ilmu untuk dimanfaatkan dalam kebaikan. Namun, banyak manusia justru menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat. Di akhirat, semua nikmat akan dimintai pertanggungjawaban, dan mereka yang menyia-nyiakannya akan merasakan penyesalan yang mendalam.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba di sisi Rabbnya pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.”
(HR. Tirmidzi)
3. Penyesalan karena Mengikuti Nafsu dan Godaan Setan
Di dunia, banyak orang yang lebih memilih kesenangan sesaat daripada ketaatan. Mereka lebih condong mengikuti hawa nafsu, meski tahu bahwa hal itu dilarang. Pada hari kiamat, orang-orang semacam ini akan menyesal karena mengikuti langkah setan yang menjerumuskan.
Allah berfirman:
"Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Maka janganlah kamu mencerca aku tetapi cercalah dirimu sendiri.’”
(QS. Ibrahim: 22)
4. Penyesalan karena Menyia-nyiakan Kesempatan Bertaubat
Allah selalu membuka pintu taubat seluas-luasnya bagi hamba-Nya. Namun, banyak orang yang menunda taubat dengan alasan masih muda atau masih punya waktu. Ketika kematian datang secara tiba-tiba, barulah muncul penyesalan. Sayangnya, taubat tidak lagi diterima jika ruh sudah sampai di tenggorokan.
Allah mengingatkan:
"Dan tidaklah bertaubat itu diterima dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia berkata: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’”
(QS. An-Nisa: 18)
5. Penyesalan karena Tidak Menjadi Teman Orang-Orang Saleh
Di dunia, banyak yang lebih memilih berteman dengan orang yang menjerumuskannya dalam kelalaian dan dosa. Padahal, teman sangat berpengaruh terhadap kualitas iman seseorang. Kelak di akhirat, orang-orang yang buruk akan saling menyalahkan, sementara orang-orang beriman akan saling menolong dengan doa dan syafaat.
Allah berfirman:
“(Ingatlah) pada hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai, kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.’”
(QS. Al-Furqan: 27–28)
Na'uudzubillaah....Penyesalan di akhirat adalah penyesalan yang tidak ada obatnya, karena kesempatan sudah tertutup rapat. Maka, jalan terbaik adalah mempersiapkan diri sejak di dunia dengan memperbanyak amal kebaikan, mendekat kepada Allah, berteman dengan orang-orang saleh, serta memanfaatkan waktu, nikmat, dan kesempatan bertaubat dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan diri kita menjadi orang yang hanya bisa berkata “seandainya” di akhirat kelak.