Santri : Beratnya Sebentar, Namun Arah yang Dituju Adalah Kebahagiaan Abadi
Mondok atau menimba ilmu di pesantren adalah sebuah perjalanan panjang yang tidak semua orang mampu menjalaninya. Di balik kehidupan sederhana, jadwal yang padat, hingga aturan yang ketat, ada sebuah tujuan agung yang ingin dicapai: mendidik santri agar menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi umat. Mondok Memang Berat, Tapi InsyaAllah Terarah...
Tidak sedikit yang menganggap mondok itu berat. Jauh dari orang tua, terbatas dalam fasilitas, harus disiplin dalam ibadah, belajar kitab kuning yang penuh tantangan, hingga tidur malam yang sering berkurang demi menghafal atau murajaah. Namun justru di situlah letak keindahan mondok. Berat memang, tapi insyaAllah terarah.
1. Berat karena Latihan Kesabaran
Hidup di pesantren melatih santri untuk bersabar menghadapi banyak keterbatasan. Mulai dari antrian panjang di kamar mandi, giliran makan sederhana, hingga kesibukan tanpa henti. Semua itu mendidik jiwa agar tidak manja dan siap menghadapi kehidupan nyata. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Barang siapa yang bersabar, maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya, dan tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Berat karena Latihan Kedisiplinan
Santri dididik untuk bangun sebelum subuh, shalat berjamaah tepat waktu, mengaji sesuai jadwal, dan taat pada aturan. Rutinitas yang terkesan padat itu sesungguhnya membentuk kedisiplinan hidup. Orang yang terbiasa disiplin akan lebih mudah mencapai keberhasilan, karena mampu mengatur waktu dan konsisten dalam amal.
3. Berat karena Jauh dari Keluarga
Tidak bisa dipungkiri, salah satu ujian terbesar mondok adalah rindu kampung halaman. Namun perpisahan ini mendidik kemandirian. Santri belajar mengandalkan diri sendiri, belajar menyelesaikan masalah tanpa selalu bergantung pada orang tua. Kelak, pengalaman inilah yang membuat mereka lebih matang dan dewasa dalam mengambil keputusan.
4. Terarah Menuju Ilmu dan Akhlak
Meski berat, kehidupan mondok tidak pernah dibiarkan tanpa tujuan. Setiap kesulitan diarahkan untuk menumbuhkan ilmu, iman, dan akhlak. Kitab yang dipelajari bukan hanya mengasah logika, tapi juga membersihkan hati. Adab yang ditekankan para kiai bukan sekadar aturan, tapi bekal agar santri kelak mampu menebar manfaat dengan akhlak yang mulia.
5. Terarah Menuju Jalan Allah
Yang paling indah dari mondok adalah arah hidupnya jelas: mendekatkan diri kepada Allah. Di pesantren, santri belajar menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman. Mereka ditempa untuk ikhlas dalam beribadah, zuhud terhadap dunia, dan siap menjadi pelita di tengah masyarakat. Inilah arah sejati yang membuat beratnya mondok terasa ringan ketika dijalani dengan niat yang lurus.
Mondok terkadang terasa berat. Tapi di balik beratnya, ada keberkahan yang luar biasa. Pesantren bukan hanya mencetak orang pandai, tapi juga pribadi yang beriman, berakhlak, dan siap mengabdi untuk umat. Bagi para santri, jadikan setiap lelah sebagai ladang pahala. Bagi para orang tua, percayalah bahwa menitipkan anak di pesantren adalah salah satu ikhtiar terbaik untuk masa depan dunia dan akhirat.