Jangan Ungkit Dosa Masa Lalu Orang yang Sudah Bertaubat
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang yang telah berubah menjadi lebih baik setelah melalui masa lalu yang kelam. Ada yang dulunya jauh dari agama, pernah berbuat maksiat, atau melakukan kesalahan besar, namun kemudian Allah beri hidayah hingga mereka bertaubat dan memperbaiki diri. Sayangnya, masih ada sebagian orang yang gemar mengungkit-ungkit masa lalu mereka, seolah taubat yang telah dilakukan tidak berarti apa-apa. Padahal, perbuatan seperti itu sangat dilarang dalam Islam dan dapat menjerumuskan pelakunya pada dosa besar.
1. Taubat Menghapus Dosa yang Lalu
Allah ﷻ dengan kasih sayang-Nya telah membuka pintu taubat selebar-lebarnya untuk setiap hamba yang berdosa. Tidak ada dosa yang terlalu besar bagi ampunan Allah selama seseorang benar-benar menyesali perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini menjadi jaminan bagi siapa pun yang telah bertaubat dengan sungguh-sungguh. Setelah bertaubat, dosa yang pernah dilakukan akan dihapuskan, bahkan diganti dengan pahala. Allah berfirman lagi:
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan.”
(QS. Al-Furqan: 70)
Oleh karena itu, ketika seseorang telah menempuh jalan taubat, tidak ada alasan bagi kita untuk terus mengingatkan atau menuduhnya dengan kesalahan masa lalunya. Allah saja telah mengampuninya, maka siapa kita hingga berani mengungkit dosa yang sudah dihapus oleh-Nya?
2. Mengungkit Dosa Orang Lain Adalah Dosa Baru
Seseorang yang suka mengungkit dosa orang lain sejatinya sedang menambah dosa untuk dirinya sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
Sebaliknya, orang yang membuka atau mengungkit-ungkit dosa masa lalu seseorang berarti menyingkap aib yang telah Allah tutupi. Itu bukanlah perbuatan ringan. Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang-orang yang menampakkan (dosa mereka).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika kita justru menampakkan dosa orang lain yang telah ia sembunyikan dan tinggalkan, kita telah membantu setan dalam merusak kehormatan saudara kita. Dosa yang telah dihapus oleh taubat bisa menjadi fitnah baru hanya karena lidah yang tidak terjaga.
3. Mengungkit Masa Lalu Adalah Bentuk Kesombongan
Sikap gemar mengingat dan menyebarkan aib masa lalu seseorang sering kali muncul dari hati yang sombong. Orang yang melakukannya merasa dirinya lebih baik, lebih suci, dan lebih pantas dihormati dibanding orang yang dulu pernah salah. Padahal, Rasulullah ﷺ mengingatkan:
“Cukuplah seseorang dianggap berdosa bila ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.”
(HR. Muslim)
Kesombongan seperti ini bisa membinasakan. Siapa yang tahu? Bisa jadi orang yang kita hina karena masa lalunya itu kini jauh lebih mulia di sisi Allah, sementara kita yang merasa suci justru masih bergelimang dosa yang belum kita sadari. Seorang ulama pernah berkata, “Jangan menghina seseorang karena dosanya, sebab engkau tidak tahu bagaimana akhir hidupmu dan bagaimana akhir hidupnya.”
4. Hidayah Adalah Anugerah, Bukan Prestasi
Taubat adalah bukti bahwa Allah memilih seseorang untuk mendapat hidayah. Hidayah itu bukan hasil dari kepintaran atau usaha manusia semata, melainkan anugerah yang Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka, menghina seseorang yang telah mendapat hidayah berarti meremehkan karunia Allah.
Kisah Umar bin Khattab رضي الله عنه menjadi contoh nyata. Dahulu beliau sangat memusuhi Islam, bahkan berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Namun setelah mendapat hidayah, beliau menjadi salah satu sahabat yang paling mulia dan paling dicintai Allah. Bayangkan jika orang-orang di sekitarnya terus mengungkit masa lalunya yang kelam, tentu hal itu tidak akan adil.
Begitu pula dengan kita. Jangan pernah menutup pintu ampunan Allah untuk orang lain dengan komentar, cibiran, atau pandangan sinis. Setiap orang punya masa lalu, dan setiap orang juga berhak untuk berubah.
5. Dampak Buruk Mengungkit Masa Lalu
Mengungkit dosa masa lalu seseorang bukan hanya berdampak pada diri pelaku, tapi juga pada korban. Orang yang diungkit masa lalunya bisa merasa malu, kehilangan semangat, bahkan terguncang keimanannya. Bisa jadi ia merasa bahwa usahanya untuk bertaubat sia-sia karena masyarakat tetap menilainya dari masa lalunya.
Perbuatan ini juga bisa menimbulkan permusuhan, iri hati, dan saling benci di antara sesama Muslim. Padahal, Islam mengajarkan untuk saling mencintai dan menutupi kekurangan saudara. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuhnya). Barang siapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Fokus Pada Perbaikan Diri Sendiri
Daripada sibuk mengingat dosa orang lain, alangkah lebih baik jika kita sibuk mengoreksi diri sendiri. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Bedanya hanya ada pada siapa yang mau bertaubat dan siapa yang terus merasa benar. Allah tidak menuntut kita untuk menjadi manusia yang tidak pernah salah, tetapi Allah mencintai mereka yang mau kembali kepada-Nya setiap kali tergelincir.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
Jika kita benar-benar memahami hadis ini, tentu kita tidak akan berani menilai orang lain hanya dari masa lalunya. Kita akan sibuk memperbaiki diri, bukan mempermalukan orang lain.
7. Jadilah Penutup Aib, Bukan Pengungkit Luka
Seorang Muslim sejati bukanlah yang gemar mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi yang berusaha menjadi penutup aib bagi saudaranya. Dengan menutupi aib orang lain, kita sedang menjaga kehormatan diri sendiri di dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ menjanjikan:
“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
Maka, ketika melihat seseorang yang sudah bertaubat dan memperbaiki diri, sambutlah dengan doa dan dukungan. Jadilah saudara yang membantu, bukan yang menambah luka. Jangan biarkan lidah kita menjadi sebab orang lain kembali terpuruk dalam dosa yang telah ia tinggalkan.
Setiap manusia memiliki masa lalu, namun yang lebih penting adalah bagaimana ia menata masa depannya. Orang yang bertaubat adalah orang yang telah berani mengakui kesalahannya dan memilih jalan yang diridhai Allah. Maka, menghormati mereka adalah bentuk penghormatan kepada ampunan Allah sendiri. Jangan mengungkit dosa masa lalu seseorang yang sudah bertaubat, karena kita tidak pernah tahu dosa mana yang akan diampuni, dan amal mana yang akan diterima.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang rendah hati, pandai menutupi aib saudara, dan selalu sibuk memperbaiki diri. Aamiin.
