Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orang Saleh tapi "Gemar" Mengeluh dalam Menjalani Hidup

Menjadi orang saleh bukan berarti hidup akan selalu mulus tanpa ujian. Justru, semakin tinggi derajat keimanan seseorang, semakin besar pula ujian yang Allah berikan kepadanya. Namun, ada satu hal yang seringkali luput disadari oleh sebagian orang yang rajin beribadah dan tampak saleh — yaitu kebiasaan mengeluh dalam menjalani hidup. Padahal, keluhan yang terus-menerus dapat melemahkan hati, mengurangi pahala sabar, bahkan perlahan-lahan mengikis rasa syukur.

🌿 Saleh Tidak Sama dengan Sempurna

Orang saleh bisa saja rajin salat malam, gemar bersedekah, dan selalu menjaga lisannya dari maksiat. Namun, bukan berarti ia kebal dari rasa lelah, sedih, atau kecewa terhadap takdir. Mengeluh adalah sifat manusiawi, tapi ketika keluhan menjadi kebiasaan, itu bisa menjadi tanda lemahnya keyakinan terhadap rahmat Allah.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”

(QS. Al-Ma’arij: 19)

Ayat ini mengingatkan bahwa mengeluh adalah kecenderungan alami manusia, namun bukan berarti harus dibiarkan berkembang tanpa kendali. Orang yang beriman akan melawan sifat ini dengan kesabaran dan rasa syukur.

💔 Ketika Ibadah Tak Menenangkan Hati

Ada kalanya seseorang telah beribadah dengan tekun, tapi hatinya tetap gelisah dan mudah mengeluh. Ia merasa doanya belum dikabulkan, rezekinya seret, atau hidupnya penuh kesulitan.

Padahal, ibadah bukan sekadar rutinitas lahiriah, tapi juga pendidikan batin. Jika seseorang rajin beribadah namun hatinya masih mudah mengeluh, mungkin ibadahnya belum benar-benar menembus hatinya. Ia baru melakukan gerak tubuh, tapi belum sampai pada ketenangan jiwa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya.”

(HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada ruang untuk mengeluh dalam hati seorang mukmin sejati. Sebab, dalam pandangan iman, setiap keadaan adalah kebaikan — baik ujian maupun nikmat.

🌧️ Bahaya Kebiasaan Mengeluh

Mengeluh secara terus-menerus dapat menumbuhkan beberapa penyakit hati:

Melemahkan rasa syukur – orang yang sering mengeluh akan sulit melihat nikmat yang Allah berikan.

Menurunkan semangat hidup – keluhan yang diulang-ulang membuat seseorang merasa hidupnya berat dan tidak adil.

Menjauhkan dari rahmat Allah – karena Allah tidak menyukai orang yang pesimis terhadap takdir-Nya.

Menular kepada orang lain – keluhan bisa menjadi energi negatif yang memengaruhi suasana hati orang di sekitar.

🌷 Jadikan Keluh Kesah Sebagai Doa

Orang saleh bukan berarti tidak pernah merasa berat menjalani hidup. Namun bedanya, ia tidak menyalurkan keluhannya kepada manusia, melainkan kepada Allah. Seperti Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika kehilangan putranya Yusuf:

“Aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah.”

(QS. Yusuf: 86)

Itulah keluhan yang benar — bukan kepada manusia, bukan kepada dunia maya, tapi kepada Sang Pemilik segala urusan. Karena hanya Allah yang mampu menenangkan hati yang resah dan memperbaiki keadaan.

🌻 Menumbuhkan Hati yang Sabar dan Qana‘ah

Untuk mengikis kebiasaan mengeluh, seorang mukmin perlu menumbuhkan dua sifat utama:

Sabar (الصبر) — yaitu menahan diri dari keluh kesah dan menjaga ucapan agar tetap baik saat diuji.

Qana‘ah (القناعة) — yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah beri, yakin bahwa rezeki yang tertakar tidak akan tertukar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.”

(HR. Muslim)

🌤️ Hidup Akan Lebih Tenang Tanpa Banyak Keluhan

Ketika seseorang berhenti mengeluh, bukan berarti hidupnya tanpa masalah. Tapi ia mulai belajar melihat setiap ujian sebagai bagian dari kasih sayang Allah. Ia tahu, setiap kesulitan adalah jalan menuju kematangan iman.

Bahkan para Nabi yang paling mulia pun diuji — namun mereka tidak mengeluh. Nabi Ayyub diuji dengan penyakit bertahun-tahun, tapi lisannya tetap memuji Allah. Itulah teladan sejati: saleh yang sabar, bukan saleh yang suka mengeluh.

Pada dasarnya, Menjadi orang saleh tidak cukup hanya dengan ibadah lahiriah; harus diiringi dengan hati yang tenang dan ridha terhadap takdir Allah. Mengeluh mungkin terasa melegakan sesaat, tapi tidak menyelesaikan masalah. Sebaliknya, bersabar dan bersyukur akan melapangkan hati dan mendatangkan pertolongan Allah.

Jadi, jika hari ini terasa berat — jangan keluhkan kepada manusia. Katakan dalam doa:

“Ya Allah, kuatkan aku untuk menerima yang telah Engkau tetapkan.”

Karena sejatinya, orang saleh bukan yang tak pernah diuji, tapi yang tetap tersenyum dan bersyukur di tengah ujian. 🌼