Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surat Ad-Dhuha : 4 Cerminan Kepribadian Nabi Muhammad SAW



Surat Adh-Dhuha merupakan salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam tentang harapan, kasih sayang Allah, serta kepribadian Nabi Muhammad ﷺ yang penuh kelembutan dan keteguhan. Surat ini turun sebagai bentuk penghiburan dan motivasi bagi Rasulullah ketika beliau mengalami masa-masa sulit. Dalam surat ini, Allah menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Nabi-Nya dan menjanjikan bahwa masa depan akan lebih baik.

Dari isi surat Adh-Dhuha, kita dapat melihat bagaimana kepribadian Nabi Muhammad ﷺ tercermin dalam beberapa aspek utama berikut:

1. Optimisme dan Harapan

Surat Adh-Dhuha dimulai dengan sumpah Allah terhadap waktu pagi (adh-dhuha) dan malam (al-lail), yang mengisyaratkan bahwa setelah gelapnya malam, akan datang cahaya pagi. Ini merupakan simbol dari perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ, yang mengalami tantangan berat tetapi selalu diberikan pertolongan oleh Allah.

Ayat berikutnya menegaskan bahwa Allah tidak meninggalkan Rasul-Nya dan tidak membencinya:

"Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu." (QS. Adh-Dhuha: 3)

Ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi cobaan, seorang Muslim harus tetap optimis, karena setiap kesulitan akan diikuti oleh kemudahan. Sikap optimisme ini sangat melekat dalam kepribadian Rasulullah ﷺ, yang selalu percaya bahwa pertolongan Allah akan datang.

2. Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Sesama

Surat Adh-Dhuha mengingatkan tentang kasih sayang Allah kepada Rasulullah ﷺ sejak kecil, dengan menyebutkan bahwa beliau dulu seorang yatim, lalu Allah memberikan perlindungan dan petunjuk.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu)?" (QS. Adh-Dhuha: 6)

Karena pengalaman hidupnya yang penuh ujian, Nabi Muhammad ﷺ tumbuh menjadi sosok yang sangat peduli terhadap sesama, terutama kepada kaum yang lemah seperti anak yatim dan fakir miskin. Dalam beberapa hadis, beliau selalu menekankan pentingnya berbuat baik kepada mereka, sebagaimana dalam sabdanya:

"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini," kemudian beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)

3. Kesabaran dan Keteguhan Hati

Nabi Muhammad ﷺ menghadapi banyak rintangan dalam menyampaikan risalah Islam, mulai dari cemoohan, penganiayaan, hingga pemboikotan. Namun, beliau tetap sabar dan tidak pernah menyerah. Surat Adh-Dhuha memberikan jaminan bahwa masa depan akan lebih baik, sehingga Rasulullah ﷺ tetap tegar dalam perjuangannya.

"Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan." (QS. Adh-Dhuha: 4)

Hal ini mengajarkan bahwa seorang Muslim harus memiliki keteguhan hati dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan.

4. Rasa Syukur dan Berbagi Kebaikan

Allah menutup surat Adh-Dhuha dengan perintah untuk selalu bersyukur dan berbagi kebaikan:

"Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).” (QS. Adh-Dhuha: 11)

Nabi Muhammad ﷺ adalah sosok yang paling bersyukur. Setiap nikmat yang Allah berikan selalu beliau manfaatkan untuk membantu orang lain dan menyebarkan Islam dengan penuh kasih sayang.

Sebab itulah, Surat Adh-Dhuha merupakan refleksi dari kepribadian Nabi Muhammad ﷺ yang penuh optimisme, kasih sayang, kesabaran, dan rasa syukur. Surat ini menjadi pengingat bagi kita agar selalu meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi ujian dengan penuh keyakinan kepada Allah.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari surat ini dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan kita. Aamiin.