Banyak Diperebutkan, Padahal Jaminannya Neraka
Dalam kehidupan ini, manusia berlomba-lomba mengejar berbagai hal. Mereka bersaing, berkompetisi, bahkan terkadang rela mengorbankan segalanya demi mendapatkan apa yang mereka anggap sebagai simbol kesuksesan dan kekuasaan. Namun, ada satu hal yang sangat banyak diperebutkan, diincar, bahkan dipertahankan dengan segala cara, padahal Rasulullah ﷺ telah memberi peringatan tegas: jaminannya adalah neraka.
Apakah itu? Kekuasaan.
Kekuasaan: Ujian yang Berat
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya kalian akan sangat tamak terhadap kepemimpinan. Dan kepemimpinan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Alangkah baiknya penyusuannya (awal-awalnya), dan alangkah buruknya penyapihannya (akhirnya)."
(HR. Bukhari)
Hadis ini menggambarkan betapa manusia begitu bernafsu terhadap jabatan dan kekuasaan. Di awal, jabatan terasa manis. Ia dihormati, dielu-elukan, dan disanjung. Tapi ketika pertanggungjawaban datang, semua kemanisan itu berubah menjadi beban berat yang tak tertahankan.
Kekuasaan bukan hanya tentang memegang jabatan tinggi, tetapi juga soal tanggung jawab besar di hadapan Allah. Setiap keputusan, perintah, atau kebijakan yang dibuat akan ditanyakan satu per satu kelak di akhirat. Apakah adil atau zalim, apakah membawa maslahat atau justru menimbulkan kerusakan?
Persaingan Duniawi yang Menyesatkan
Dalam kehidupan modern, kekuasaan bisa bermakna luas: menjadi pemimpin, pejabat, bos, influencer, tokoh masyarakat, dan lainnya. Banyak yang berjuang mati-matian untuk meraihnya. Bahkan, tak jarang menggunakan cara kotor: mengadu domba, menebar fitnah, menyuap, atau memanipulasi hukum.
Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang diberi suatu amanah oleh Allah lalu ia mati dalam keadaan mengkhianatinya, maka Allah haramkan surga atasnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Mengerikan, bukan? Tapi inilah realitas: jabatan yang diperebutkan oleh banyak orang bisa jadi merupakan jalan tercepat menuju siksa Allah, jika tidak diiringi dengan takwa, keadilan, dan amanah.
Jabatan Bukan Untuk Dicari, Tapi Diberi
Ulama salaf dahulu sangat takut terhadap kekuasaan. Mereka lari dari jabatan, bukan karena tidak mampu, tetapi karena sadar akan beratnya tanggung jawab di hadapan Allah.
Ketika Abu Dzar al-Ghifari meminta jabatan kepada Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
"Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, sementara jabatan itu adalah amanah. Dan pada hari kiamat, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajibannya dengan benar."
(HR. Muslim)
Ini pelajaran besar: kekuasaan bukan untuk mereka yang haus akan kehormatan, tapi untuk mereka yang siap menanggung beban, dan takut akan hisab.
Berlomba dalam Kebaikan, Bukan Kekuasaan
Dalam Al-Qur'an, Allah tidak menyuruh manusia berlomba-lomba dalam kekuasaan, harta, atau pengaruh. Yang Allah perintahkan adalah:
“Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
(QS. Al-Baqarah: 148)
Kebaikan, amal saleh, kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama adalah hal-hal yang pantas diperebutkan. Bukan jabatan yang sering kali menjadi pintu kebinasaan jika tidak dijalankan dengan amanah.
Kesimpulan: Waspadai Apa yang Diperebutkan Manusia
Hari ini kita menyaksikan banyak orang berlomba menjadi pemimpin, mencalonkan diri untuk jabatan strategis, berebut kursi dan suara. Mereka habiskan uang, waktu, tenaga, bahkan harga diri demi jabatan. Tapi apakah mereka sudah menimbang neraca akhirat?
Jika kekuasaan menjadi tujuan, bukan amanah, maka bisa jadi itu adalah jalan pintas menuju neraka.
Sungguh malang jika seseorang sibuk merebut sesuatu yang justru akan menjerumuskannya dalam siksa abadi. Karena itu, mari kita koreksi niat, hati, dan langkah kita. Apakah kita sedang mengejar ridha Allah, atau hanya sedang mengejar dunia yang fana?