Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andai Manusia Mengetahui Ajalnya


Bayangkan sejenak: bagaimana jika manusia mengetahui secara pasti tanggal dan waktu ajalnya? Sebuah pertanyaan yang menggugah, yang seakan menampar kesadaran kita tentang betapa rapuhnya hidup ini. Dalam Islam, ajal adalah salah satu rahasia Allah yang paling tersembunyi. Tak seorang pun mengetahui kapan maut akan menjemput, bahkan para nabi sekalipun.

Namun, andai saja manusia diberi pengetahuan tentang kapan mereka akan mati, bagaimana dunia ini akan berubah? Akankah hidup menjadi lebih bermakna, atau justru lebih menyedihkan?

1. Kesadaran yang Meningkat

Jika manusia mengetahui ajalnya, mungkin banyak dari kita yang akan hidup lebih sadar. Kita akan lebih menghargai waktu, lebih serius dalam berbuat baik, dan lebih sering mengingat Allah. Setiap detik menjadi sangat berharga karena kita tahu bahwa waktu terus menuju titik akhir yang sudah pasti.

Orang-orang akan mempercepat taubat, memperbanyak amal saleh, dan menjaga lisan serta perbuatannya dari dosa. Hubungan antar manusia pun mungkin akan membaik; orang tak akan menunda-nunda meminta maaf atau memperbaiki hubungan, karena mereka tahu tak ada jaminan untuk esok hari.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)

Ayat ini menekankan bahwa ketidaktahuan akan ajal adalah bagian dari ujian kehidupan. Namun, jika ujian itu dicabut dan manusia tahu akhir hidupnya, kesadaran terhadap kematian bisa jadi meningkat secara drastis.

2. Kematian Bisa Menjadi Teror Psikologis

Namun di sisi lain, mengetahui ajal secara pasti bisa menjadi tekanan luar biasa. Bayangkan seseorang yang tahu bahwa ia akan meninggal 5 tahun lagi. Awalnya mungkin ia akan semangat berbuat baik. Tapi menjelang hari-hari terakhir, bisa jadi hidupnya dipenuhi kecemasan, ketakutan, bahkan ketidakberdayaan.

Setiap malam menjelang ajal bisa menjadi malam tanpa tidur. Setiap hari semakin dekat ke waktu yang ditentukan bisa menjadi hari penuh kegelisahan. Manusia bisa kehilangan ketenangan jiwa karena terus dihantui detik-detik kematian.

Dalam kondisi ini, bisa saja manusia justru tak bisa menjalani hidup dengan normal. Pekerjaan terbengkalai, interaksi menjadi hambar, dan batin terus bergejolak.

3. Kehidupan Dunia Bisa Kehilangan Makna

Salah satu rahmat dari Allah adalah menjadikan hidup penuh misteri. Ketidaktahuan tentang ajal mendorong manusia untuk terus berharap dan berusaha. Tapi jika semua telah diketahui, bahkan termasuk kapan seseorang akan meninggal, bisa jadi banyak orang kehilangan semangat hidup. Apa gunanya menabung jika ajal tinggal setahun lagi? Untuk apa belajar tinggi-tinggi jika mati saat masih muda?

Pekerjaan, perencanaan, bahkan mimpi-mimpi besar bisa menjadi tidak relevan. Bisa saja dunia menjadi lebih stagnan karena orang hidup hanya untuk menunggu mati.

Padahal, dalam Islam, usaha dan harapan adalah bagian dari ibadah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Jika kiamat terjadi dan di tangan salah seorang dari kalian ada biji kurma, maka jika dia mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, maka hendaklah dia menanamnya.” (HR. Ahmad)

Hadis ini menekankan pentingnya berbuat meski ajal sudah dekat. Tapi jika kita tahu ajal dengan pasti, dorongan untuk terus menanam kebaikan mungkin akan melemah, karena kita terlalu fokus pada akhir, bukan proses.

4. Ajal yang Dirahasiakan: Bukti Kasih Sayang Allah

Allah menyembunyikan ajal sebagai bentuk kasih sayang. Manusia diberi ruang untuk berusaha, untuk menyiapkan bekal, dan untuk terus memperbaiki diri tanpa dibayangi teror waktu yang pasti. Ketidakpastian ini bukan bentuk siksaan, melainkan peluang untuk meraih husnul khatimah dengan penuh kesadaran.

Setiap hari yang dilalui bisa menjadi ladang amal. Setiap pagi bisa menjadi awal dari perubahan. Selama nyawa belum sampai di tenggorokan, pintu taubat masih terbuka. Allah memberi waktu, bukan tanggal akhir.

5. Pelajaran dari Ketidaktahuan

Andai manusia mengetahui ajalnya, ia mungkin akan memperbaiki diri. Tapi lebih penting dari itu adalah: mengapa kita harus menunggu tahu tanggal kematian untuk menjadi lebih baik?

Bukankah kita sudah tahu bahwa kematian itu pasti? Bukankah kita sudah sadar bahwa hidup ini singkat dan bisa berakhir kapan saja? Maka, meski kita tidak tahu kapan ajal datang, kita tetap bisa hidup seolah-olah ajal sudah dekat.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)

Dengan mengingat mati, kita didorong untuk memperbaiki amal, memaafkan orang lain, menjaga lisan, dan menjauhi maksiat. Kita bisa hidup dengan lebih bermakna, walau tanpa tahu kapan hidup akan berakhir.

Hidup yang Siap Mati

Kematian bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang perlu disiapkan. Kita tidak tahu kapan ajal datang, tapi kita bisa memilih untuk hidup dalam kesiapan. Andai manusia mengetahui ajalnya, mungkin ia akan berubah. Tapi karena kita tidak tahu, perubahan itu harus dimulai sekarang.

Bukan kapan ajal datang yang penting, tapi apa yang telah kita siapkan untuk menghadapinya.