Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa yang Harus Dilakukan Jika Selesai Menuntut Ilmu di Pesantren ?


Menuntut ilmu di pesantren bukan sekadar proses belajar, tetapi sebuah perjalanan ruhani, moral, dan intelektual yang membentuk pribadi santri menjadi manusia yang berilmu, berakhlak, dan berbakti. Namun, tamat dari pesantren bukanlah akhir dari segalanya. Justru di situlah awal dari pengabdian dan ujian sejati. Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang santri setelah selesai belajar di pesantren?

1. Menjaga dan Mengamalkan Ilmu

Ilmu bukan sekadar untuk disimpan dalam buku catatan atau dihafal dalam ingatan. Ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi beban di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda:

"Ilmu itu adalah kehidupan Islam dan tiangnya iman. Siapa yang mengajarkannya, dia akan diberi pahala; dan siapa yang mempelajarinya, dia akan diberi ganjaran." (HR. Abu Nu'aim)

Mengamalkan ilmu bisa dimulai dari hal yang sederhana: menjaga shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an secara rutin, menjaga akhlak, dan menjadi teladan di tengah masyarakat.

2. Berdakwah dan Menyebarkan Ilmu

Setelah menimba ilmu di pesantren, salah satu tugas besar yang menanti adalah menyebarkannya. Dakwah bukan hanya lewat mimbar dan ceramah. Ia bisa dilakukan melalui tulisan, media sosial, pengajaran anak-anak, hingga menjadi teladan dalam akhlak.

Allah SWT berfirman:

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Jangan tunggu sempurna untuk berdakwah. Mulailah dari yang kita tahu dan dari lingkungan terdekat kita.

3. Menjaga Adab dan Akhlak Santri

Ilmu tanpa adab adalah bencana. Di pesantren, santri ditempa dengan nilai-nilai sopan santun, tawadhu', hormat kepada guru, dan sabar dalam ujian. Saat kembali ke masyarakat, akhlak inilah yang menjadi pembeda antara seorang santri dan yang bukan.

Masyarakat akan lebih melihat bagaimana adabmu daripada berapa kitab yang telah engkau pelajari. Maka, jaga akhlakmu sebagaimana engkau menjaga hafalan dan kitab-kitabmu.

4. Terus Belajar dan Mengembangkan Diri

Tamat dari pesantren bukan berarti tamat belajar. Justru itu adalah dasar untuk melanjutkan proses belajar sepanjang hayat. Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu itu dari buaian hingga ke liang lahat.

Santri bisa melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, mengikuti halaqah keilmuan, belajar bahasa asing untuk membuka khazanah keislaman, atau mendalami bidang-bidang praktis seperti pendidikan, ekonomi syariah, dan teknologi digital sebagai wasilah dakwah.

5. Mengabdi kepada Guru dan Pesantren

Salah satu bentuk keberkahan ilmu adalah dengan khidmah—mengabdi. Banyak santri setelah lulus memilih kembali ke pesantren untuk membantu mengajar, mengurus pondok, atau mendampingi adik-adik kelas. Ini bukan sekadar balas budi, tapi bagian dari membumikan ilmu.

Mengabdi juga bisa dalam bentuk dukungan moral, materi, atau menjadi wakil pesantren di masyarakat luas dengan menjaga nama baik dan menjalin silaturahim dengan sesama alumni.

6. Menjadi Cahaya Kebaikan di Tengah Masyarakat

Seorang santri adalah wakil pesantren, bahkan wakil Islam di mata masyarakat awam. Maka, jadilah pribadi yang menyejukkan, menjadi tempat bertanya dan menimba ilmu, sekaligus pelipur lara dalam masalah.

Bekerjalah dengan jujur, bergaullah dengan ramah, dan berkontribusilah untuk lingkungan sekitar, baik melalui lembaga keagamaan, sosial, pendidikan, ataupun kewirausahaan yang berlandaskan nilai Islam.

7. Tidak Ujub dan Merasa Paling Benar

Godaan setelah belajar adalah merasa lebih tahu dan benar dari orang lain. Inilah ujian batin bagi seorang santri. Setinggi apapun ilmu yang diperoleh, tetaplah rendah hati. Ingatlah bahwa semakin berilmu seseorang, semakin ia merasa kurang.

Imam Syafi’i berkata:

"Semakin aku bertambah ilmu, semakin aku sadar akan kebodohanku."

Rasa rendah hati akan membuatmu terus belajar dan menghargai perbedaan pendapat, serta membuat dakwahmu lebih diterima.

Santri untuk Umat...!

Menjadi santri bukan sekadar status, tapi tanggung jawab. Ilmu yang diperoleh di pesantren harus menjadi cahaya dalam kegelapan, penawar dalam kebingungan, dan solusi dalam kerusakan moral masyarakat.

Karena sejatinya, keberhasilan seorang santri bukan hanya saat ia bisa menghafal ratusan halaman kitab, tetapi saat ia mampu menghidupkan ilmu itu di tengah umat.

"Ilmu tanpa amal adalah sia-sia, amal tanpa ilmu adalah buta."

Semoga para alumni pesantren senantiasa menjadi pribadi yang istiqamah, berilmu, dan beramal untuk agama, bangsa, dan umat.