Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Simpanlah Keluhan, Karena Itu Adalah Simpanan Kebaikan


Setiap manusia pasti pernah merasa lelah, kecewa, tertekan, dan tidak jarang ingin mengeluh. Mengeluh memang menjadi reaksi spontan ketika seseorang merasa terbebani oleh kehidupan yang berat. Namun, dalam sudut pandang Islam dan kebijaksanaan hidup, menyimpan keluhan bukan berarti memendam kesedihan tanpa solusi, melainkan memilih jalan kesabaran, kekuatan batin, dan pengharapan kepada Allah SWT. Sebab, di balik keluhan yang ditahan, tersimpan pahala dan kebaikan yang luar biasa.

Mengeluh, Reaksi Manusiawi

Tidak dapat dipungkiri bahwa mengeluh adalah bagian dari sifat manusia. Ketika rasa lelah datang, atau harapan tidak berjalan sesuai rencana, lidah mudah sekali meluncurkan keluhan: “Kenapa hidupku begini?”, “Mengapa semua terasa sulit?”, atau “Aku sudah berusaha tapi tetap gagal.” Namun, terlalu sering mengeluh justru menjauhkan seseorang dari rasa syukur dan menjebaknya dalam lingkaran negatif.

Rasulullah SAW, yang hidupnya penuh ujian dan cobaan, sangat jarang mengeluh. Bahkan dalam kondisi sangat berat—dicaci, diusir dari kampung halaman, kehilangan orang-orang tercinta—beliau tidak pernah menyalahkan keadaan. Sebaliknya, beliau mengadu hanya kepada Allah dalam doa dan tangis di sepertiga malam. Ini menjadi pelajaran besar bahwa menyimpan keluhan adalah tanda kekuatan iman dan bentuk pengharapan hanya kepada Sang Pemilik Kehidupan.

Keluhan yang Disimpan Menjadi Ladang Pahala

Setiap kesedihan yang kita tahan dan kita ubah menjadi doa adalah investasi pahala. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."

(QS. Al-Baqarah: 155)

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa ujian adalah keniscayaan. Namun, kabar gembira diberikan bukan kepada mereka yang mengeluh, melainkan kepada mereka yang sabar. Ketika seseorang menyimpan keluhan, menahannya dari keluh kesah yang tidak perlu, lalu mengubahnya menjadi kekuatan untuk tetap berbuat baik, itulah bentuk kesabaran yang sangat tinggi.

Sabar bukan hanya diam. Sabar adalah kemampuan untuk tetap melakukan kebaikan meskipun hati sedang terluka. Dan dalam kesabaran itulah, keluhan yang tidak diucapkan menjadi simpanan pahala yang besar di sisi Allah.

Menyimpan Keluhan, Melatih Hati dan Akhlak

Tidak semua orang tahu beban yang kita pikul. Dan tidak semua orang layak mendengar keluhan kita. Mengeluh sembarangan bisa memperburuk suasana hati, bahkan merusak hubungan sosial. Orang yang sering mengeluh cenderung membawa energi negatif, menjadikan orang lain tidak nyaman, dan lama-lama dijauhi.

Sebaliknya, orang yang mampu menyimpan keluhannya dan tetap tersenyum di hadapan orang lain adalah pribadi yang kuat. Ia melatih hatinya untuk ikhlas dan pasrah. Ia memperbaiki akhlaknya dengan tidak membebani orang lain dengan cerita sedihnya. Ia hanya memilih satu tempat untuk curhat: Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat, dan memberinya kebebasan memilih bidadari yang ia kehendaki."

(HR. Tirmidzi)

Jika menahan amarah saja mendapat pahala sebesar itu, maka menahan keluhan—yang juga bentuk pengendalian diri—tentu juga memiliki ganjaran besar.

Curhat Terbaik: Kepada Allah, Bukan Dunia

Salah satu bentuk kearifan hidup adalah tahu kepada siapa harus berbicara. Curhat kepada sesama manusia memang bisa melegakan sesaat, tetapi tidak semua orang mampu memberi solusi yang tepat. Bahkan, curhat yang berlebihan bisa membuka aib, menumbuhkan rasa iba yang palsu, atau membuat seseorang terlihat lemah.

Berbeda halnya ketika kita memilih untuk mengadu kepada Allah. Di dalam sujud, dalam doa, dalam zikir, keluhan berubah menjadi kekuatan. Sebab hanya Allah yang tahu isi hati kita, hanya Dia yang mampu mengubah keadaan, dan hanya Dia yang bisa menghapus kesedihan tanpa harus menceritakan semuanya dengan kata-kata.

Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pernah berkata:

"Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah..."

(QS. Yusuf: 86)

Ini menjadi teladan, bahwa mengadu kepada Allah adalah jalan terbaik. Di situlah keluhan tidak menjadi beban, tapi berubah menjadi ibadah.

Simpan Keluhan, Tebar Senyum

Dunia sudah cukup penat. Jangan menambah beban dengan memperbanyak keluhan. Jadilah pribadi yang meneduhkan. Meskipun hati terluka, tetaplah ramah. Meskipun sedang dirundung masalah, tetaplah menyebarkan kebaikan. Sebab kita tidak pernah tahu, mungkin dengan menyembunyikan kesedihan dan memilih untuk menguatkan orang lain, Allah justru akan membalas kita dengan jalan keluar yang tak disangka-sangka.

Senyum dalam kondisi sulit adalah keberanian. Dan keberanian seperti inilah yang membuat seseorang naik derajatnya di hadapan Allah dan manusia.

Maka dari itu, Simpanlah keluhan, karena itu adalah simpanan kebaikan. Bukan berarti kita harus memendam semuanya sendirian, tapi arahkan keluhan itu kepada tempat yang tepat: Allah. Gunakan bahasa hati, bukan hanya lidah. Ubah keluh kesah menjadi doa, ubah rasa lelah menjadi amal. Dan yakinlah, setiap tetes air mata yang ditahan karena sabar, setiap keluhan yang dibungkam demi menjaga ketenangan, semuanya tidak akan sia-sia di sisi Allah.

Karena pada akhirnya, hidup ini bukan tentang berapa banyak kita mengeluh, tetapi berapa banyak kita bersabar dan tetap istiqamah dalam kebaikan. Dan itulah yang menjadi bekal terbaik untuk menghadap Allah kelak.