Hikmah : Antara Ubun-Ubun dan Sifat Buruk
Dalam ajaran Islam, manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah ﷻ memberikan potensi kebaikan yang luar biasa, tetapi juga memperingatkan tentang potensi keburukan yang ada dalam diri manusia. Salah satu bagian tubuh yang memiliki makna simbolis dan spiritual dalam Al-Qur’an adalah ubun-ubun (nasiyah). Ubun-ubun bukan hanya sekadar bagian fisik di kepala, tetapi juga menjadi simbol kendali, niat, dan arah perilaku manusia—baik menuju kebaikan maupun keburukan.
Ubun-Ubun dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan ubun-ubun dalam konteks sifat buruk manusia, terutama dalam surah Al-‘Alaq ayat 15-16:
" Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. Ubun-ubun itu adalah ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka." (QS. Al-‘Alaq: 15-16)
Ayat ini turun sebagai ancaman kepada orang-orang yang menentang kebenaran. Ubun-ubun disebut sebagai tempat yang terkait dengan sifat “mendustakan” (kadzdzāb) dan “durhaka” (khaththā’). Para mufassir menjelaskan bahwa penyebutan ubun-ubun di sini adalah isyarat bahwa seluruh kendali pikiran, niat, dan keputusan ada di bagian kepala manusia, khususnya di otak yang terletak di belakang ubun-ubun.
Kaitan Ubun-Ubun dengan Fungsi Otak
Menariknya, penelitian ilmiah modern menemukan bahwa di balik ubun-ubun, tepatnya di bagian depan otak (prefrontal cortex), terdapat pusat pengambilan keputusan, perencanaan, dan kontrol perilaku. Dalam konteks ini, ayat Al-Qur’an yang menyebut “ubun-ubun pendusta dan durhaka” selaras dengan temuan bahwa area ini mengatur perilaku moral dan kontrol diri.
Jika manusia menggunakan bagian ini untuk kebaikan, maka lahirlah perilaku terpuji. Sebaliknya, jika dikuasai hawa nafsu, sifat buruk akan mendominasi.
Sifat Buruk yang Dihubungkan dengan Ubun-Ubun
Berdasarkan tafsir dan pengamatan perilaku manusia, beberapa sifat buruk yang sering muncul ketika kendali diri lemah antara lain:
1. Kedustaan (al-kadzdzib) - Berbohong bukan hanya dosa lisan, tetapi juga cerminan kerusakan hati dan lemahnya kontrol pikiran.
2. Kedurhakaan (al-khathī’ah) - Membangkang terhadap perintah Allah dan menolak kebenaran meski sudah jelas.
3. Kesombongan (al-kibr) - Merasa diri lebih tinggi sehingga meremehkan orang lain, mirip seperti perilaku Abu Jahal yang menjadi sebab turunnya ayat.
4. Pengendalian oleh hawa nafsu - Keputusan diambil berdasarkan emosi dan keinginan sesaat, bukan akal sehat dan iman.
5. Penentangan terhadap kebenaran - Menutup telinga dari nasihat, walau tahu bahwa kebenaran telah disampaikan.
Pelajaran dari Penyebutan Ubun-Ubun
Penyebutan ubun-ubun dalam ayat bukan sekadar ancaman, tetapi juga mengandung pelajaran penting:
- Allah mengetahui niat dan keputusan manusia, karena semua bermula dari pusat kendali pikiran.
- Pentingnya menjaga hati dan pikiran agar keputusan hidup sejalan dengan nilai iman.
- Penyalahgunaan potensi akal akan membawa pada kehinaan, sebagaimana ubun-ubun dijadikan simbol kehinaan bagi pendusta.
Cara Menjaga Ubun-Ubun dari Sifat Buruk
1. Menguatkan iman melalui dzikir dan ibadah
2. Bersahabat dengan orang shalih
3. Mengendalikan emosi
4. Memohon perlindungan kepada Allah
5. Mempelajari ilmu agama
Ubun-ubun dalam Al-Qur’an bukan hanya sekadar organ tubuh, tetapi simbol pusat kendali perilaku manusia. Ketika sifat buruk menguasai, maka ubun-ubun menjadi “ubun-ubun pendusta dan durhaka” sebagaimana disebut dalam surah Al-‘Alaq. Sebaliknya, jika dijaga dengan iman dan takwa, maka ia menjadi sumber keputusan yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.