Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Negara Muslim
Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ merupakan salah satu momen penting dalam kalender umat Islam. Meskipun tidak diwajibkan dalam syariat, perayaan ini telah menjadi tradisi yang berkembang luas di dunia Muslim sebagai bentuk cinta, penghormatan, dan syukur atas kelahiran Rasulullah. Menariknya, setiap negara memiliki cara yang unik dalam memperingati hari bersejarah tersebut, dipengaruhi oleh budaya lokal, sejarah, dan adat istiadat masing-masing.
Sejarah Singkat Peringatan Maulid Nabi
Tradisi Maulid mulai populer pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir sekitar abad ke-10 M. Dari sana, kebiasaan ini menyebar ke berbagai wilayah Islam. Seiring perkembangan zaman, Maulid tidak hanya menjadi acara keagamaan, tetapi juga perayaan sosial dan budaya yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Indonesia
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, merayakan Maulid dengan sangat meriah.
Hampir setiap daerah memiliki tradisi khas:
- Sekaten di Yogyakarta dan Surakarta: ditandai dengan tabuhan gamelan pusaka dan pasar malam rakyat.
- Grebeg Maulud: Keraton membagikan gunungan berisi hasil bumi kepada masyarakat.
- Sholawatan dan pembacaan Barzanji: dilakukan di masjid maupun rumah warga.
- Di beberapa daerah pesisir, masyarakat juga mengadakan larung sesaji ke laut sebagai bentuk syukur.
Mesir
Mesir, tempat asal penyebaran tradisi Maulid, memperingatinya dengan suasana yang penuh kegembiraan.
Kota-kota besar dihiasi lampu, spanduk, dan tenda perayaan. Anak-anak biasanya diberi manisan khas Maulid
seperti boneka gula untuk anak perempuan dan kuda-kudaan gula untuk anak laki-laki. Majelis dzikir, pembacaan Al-Qur’an, dan ceramah keagamaan digelar hampir di setiap sudut kota.
Turki
Di Turki, Maulid dikenal dengan istilah “Mevlid Kandili”. Umat Islam berkumpul di masjid untuk membaca qasidah Burdah dan doa-doa khusus. Masjid dihiasi lampu-lampu indah, sementara masyarakat juga memperbanyak sedekah, membagikan makanan, dan membaca kitab Maulid karya Süleyman Çelebi berjudul Vesiletü’n-Necat.
Pakistan dan India
Di Asia Selatan, perayaan Maulid dikenal dengan sebutan Eid Milad-un-Nabi. Jalan-jalan dihiasi lampu berwarna-warni, spanduk, dan bendera Islam. Di Pakistan, pawai besar digelar dengan lantunan sholawat dan ceramah keagamaan.
Sementara di India, umat Muslim membagikan makanan gratis, mengadakan pengajian, dan membaca puisi keagamaan (naat) untuk mengungkapkan cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Maroko
Maroko memiliki tradisi yang disebut Aid al-Mawlid. Perayaan ini menjadi hari libur nasional dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pembacaan sirah Nabi, dzikir, serta majelis ilmu. Selain itu, di beberapa kota, terdapat arak-arakan dan pesta rakyat yang meriah.
Sudan
Di Sudan, perayaan Maulid Nabi dipusatkan di sekitar tenda-tenda besar yang didirikan di lapangan.
Di sana, masyarakat mendengarkan ceramah agama, membaca syair pujian untuk Rasulullah, dan menikmati sajian makanan tradisional. Suasana religius bercampur dengan semangat kebersamaan yang hangat.
Arab Saudi
Meski sebagian ulama di Arab Saudi tidak merayakan Maulid secara resmi, banyak masyarakat yang tetap memperingatinya dalam bentuk majelis ilmu, pembacaan sirah Nabi, dan dzikir. Di Madinah dan Makkah, para jamaah dari berbagai negara berkumpul untuk merenungi kelahiran Rasulullah di tanah suci.
Kesamaan dan Perbedaan
Jika diperhatikan, ada benang merah dalam perayaan Maulid di berbagai negara: kecintaan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Semua tradisi menekankan aspek sholawat, dzikir, pembacaan sirah Nabi, dan berbagi kepada sesama.
Perbedaannya terletak pada ekspresi budaya lokal: ada yang berupa pawai, seni musik, pembacaan syair, hingga makanan khas.
Dari situlah, Tradisi Maulid Nabi di berbagai negara Muslim mencerminkan kekayaan budaya Islam yang beragam namun tetap satu dalam tujuan:
menghidupkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ. Perayaan ini bukan sekadar seremonial, tetapi momentum untuk meneladani akhlak Nabi, memperkuat ukhuwah, serta menumbuhkan semangat dakwah dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.