Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memantaskan Diri untuk Mendapat Pertolongan Allah

Dalam kehidupan ini, setiap insan pasti menghadapi masa-masa sulit, ujian, dan kesempitan yang membuatnya berharap akan datangnya pertolongan Allah. Namun sering kali kita lupa, bahwa pertolongan Allah bukanlah sesuatu yang datang tanpa sebab. Ia turun kepada hamba-hamba yang memantaskan diri untuk menerimanya — yakni mereka yang berusaha membersihkan hati, memperbaiki amal, dan menegakkan hubungan yang benar dengan Sang Pencipta.

1. Pertolongan Allah Tidak Turun Sembarangan

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad: 7)

Ayat ini menegaskan bahwa pertolongan Allah diberikan kepada orang-orang yang berjuang menolong agama-Nya. Artinya, ada sebab dan syarat yang harus dipenuhi. Allah Maha Kuasa menolong siapa pun, namun pertolongan itu diberikan kepada mereka yang berusaha menjadikan diri mereka layak di sisi-Nya.

Kita tidak bisa sekadar duduk menunggu mukjizat datang, sementara hati masih jauh dari-Nya, amal masih kotor oleh riya dan dosa, dan lisan masih lalai dari dzikir. Pertolongan Allah tidak diberikan kepada orang yang hanya mengeluh tanpa usaha, tetapi kepada yang bersungguh-sungguh memperbaiki diri.

2. Memantaskan Diri Lewat Keimanan dan Taqwa

Taqwa adalah kunci utama turunnya pertolongan Allah. Dalam surah At-Talaq ayat 2-3, Allah berfirman:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Orang bertakwa adalah orang yang berhati-hati dalam setiap langkahnya, menjaga pandangan, perkataan, dan perbuatannya agar selalu diridhai Allah. Ia tidak hanya rajin beribadah, tetapi juga berjuang untuk menjauhi yang haram, menahan diri dari maksiat, dan mengikhlaskan amal.

Taqwa menjadikan seseorang layak mendapatkan jalan keluar dari kesulitan, bahkan ketika semua pintu dunia tertutup. Sebab Allah tidak akan membiarkan orang yang bersandar penuh kepada-Nya tanpa jalan pertolongan.

3. Membersihkan Hati dari Penghalang Pertolongan

Hati yang kotor adalah penghalang terbesar datangnya pertolongan Allah. Sombong, iri, dengki, dendam, dan putus asa — semua itu menghalangi cahaya petunjuk dan keberkahan.

Seorang ulama berkata: “Pertolongan Allah datang kepada hati yang bersih, bukan yang penuh keluhan dan prasangka.”

Karenanya, langkah awal untuk memantaskan diri adalah dengan membersihkan hati. Belajar ikhlas dalam menerima takdir, berprasangka baik kepada Allah (husnuzan), dan menyingkirkan penyakit hati yang membuat doa tidak menembus langit.

4. Konsistensi dalam Ibadah dan Amal Shalih

Allah tidak menolong hamba hanya karena ibadah sesaat. Ia menolong mereka yang istiqamah — yang menjaga salat di awal waktu, memperbanyak istighfar, sedekah, dan dzikir meski dalam keadaan sempit.

Istiqamah menunjukkan kesungguhan iman. Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Konsistensi menunjukkan bahwa kita bukan hanya mencari pertolongan karena butuh, tetapi karena cinta kepada Allah. Dari cinta itulah datang keyakinan, dan dari keyakinan itulah turun pertolongan.

5. Bertawakkal dengan Sungguh-Sungguh

Setelah berusaha dan berdoa, langkah berikutnya adalah tawakkal — menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah.

Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan percaya bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari rencana terbaik Allah. Orang yang bertawakkal akan tenang, tidak terguncang oleh kegagalan, karena ia yakin bahwa Allah sedang mempersiapkan waktu yang lebih tepat untuk pertolongan itu.

Allah berfirman:

“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).”

(QS. At-Talaq: 3)

Tawakkal adalah bentuk keimanan yang matang. Ia menjadikan seseorang tidak tergesa dalam meminta hasil, karena ia lebih sibuk memperbaiki dirinya agar semakin pantas di hadapan Allah.

6. Sabar: Jalan Sunyi Menuju Pertolongan

Tidak ada pertolongan tanpa ujian. Dalam setiap perjuangan, pasti ada waktu menunggu yang melelahkan. Di situlah nilai sabar diuji.

Allah menjanjikan dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al-Baqarah: 153)

Ketika seseorang sabar, berarti ia sedang ditemani oleh Allah. Dan jika Allah sudah bersama, maka pertolongan pasti datang — cepat atau lambat. Sabar bukan tanda kelemahan, tetapi bukti kekuatan iman.

7. Jadilah Hamba yang Dicintai Allah

Akhirnya, cara terbaik untuk memantaskan diri agar ditolong Allah adalah menjadi hamba yang dicintai-Nya. Allah mencintai orang yang jujur, pemaaf, penyabar, dermawan, dan rendah hati.

Jika cinta Allah sudah tertanam, maka setiap langkah hidup akan dijaga. Bahkan sebelum kita meminta, Allah sudah menyiapkan pertolongan-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits qudsi:

“Apabila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memegang, dan kakinya yang dengannya ia berjalan.”

(HR. Bukhari)

Pada initinya, Pertolongan Allah bukan datang karena kita meminta, tetapi karena kita memantaskan diri untuk menerimanya. Dengan taqwa, sabar, tawakkal, dan hati yang bersih, seseorang akan menjadi bagian dari hamba-hamba yang Allah janjikan pertolongan-Nya.

Karena sejatinya, Allah tidak pernah jauh. Hanya saja, kitalah yang kadang belum cukup dekat untuk layak dibela oleh-Nya. Maka jangan sibuk menunggu keajaiban datang — sibukkan diri untuk menjadi hamba yang pantas mendapatkannya.