2 Sifat yang Allah Cintai pada Diri Kita
Setiap Muslim tentu mendambakan cinta Allah. Sebab bila Allah sudah mencintai seorang hamba, maka seluruh kebaikan akan datang kepadanya: hidupnya dipermudah, langkahnya diberkahi, dan doanya didengar. Namun, cinta Allah bukanlah sesuatu yang diberikan tanpa sebab. Ada sifat-sifat tertentu pada diri seorang hamba yang membuat Allah mencintainya. Di antara sekian banyak sifat itu, ada dua sifat utama yang secara jelas disebutkan oleh Rasulullah ﷺ sebagai sifat yang sangat dicintai Allah.
Apa saja sifat tersebut?
1. Al-‘Adl: Bersikap Adil dalam Segala Hal
Sifat pertama yang Allah cintai adalah keadilan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
(HR. An-Nasa’i)
Keadilan bukan hanya perkara besar seperti memutuskan perkara hukum, tetapi juga adil dalam keseharian kita:
Adil dalam berbicara: tidak memfitnah, tidak membesar-besarkan, tidak menyudutkan.
Adil dalam menilai orang: tidak memihak hanya karena kedekatan atau perasaan.
Adil dalam keluarga: tidak berat sebelah terhadap anak, pasangan, atau saudara.
Adil terhadap diri sendiri: tidak melampaui batas dan tidak meremehkan amal.
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa berlaku adil adalah bentuk ketakwaan:
“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 8)
Mengapa Allah mencintai sifat ini?
Sebab keadilan menjaga kehidupan manusia tetap harmonis, menutup pintu kezaliman, dan membuat hati hamba dekat kepada ketakwaan. Orang yang adil mencerminkan sifat Allah Al-‘Adl—Yang Maha Adil—dalam perilaku kesehariannya.
2. Al-‘Afu: Memaafkan Ketika Mampu Membalas
Sifat kedua yang Allah cintai adalah pemaaf, terutama ketika seseorang sebenarnya mampu untuk membalas. Ini tingkatan akhlak yang tinggi, menunjukkan kejernihan hati dan keteguhan iman.
Allah berfirman:
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian?”
(QS. An-Nur: 22)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Allah Maha Pemaaf dan mencintai sifat pemaaf.”
(HR. Tirmidzi)
Memaafkan bukan berarti kalah atau lemah. Justru ia simbol kekuatan: kemampuan mengendalikan emosi, menjaga kebeningan hati, dan mengutamakan ridha Allah daripada melampiaskan amarah.
Contoh kecil dalam hidup sehari-hari:
Memaafkan teman yang menyakiti ucapan.
Memaafkan pasangan yang berbuat salah.
Memaafkan orang lain di jalan, pekerjaan, atau keluarga.
Memaafkan orang yang menzalimi kita, selama itu tidak mendorong kemaksiatan.
Selama kita mampu memaafkan, Allah pun akan lebih mudah memaafkan kita.
Mengapa Dua Sifat Ini Sangat Dicintai Allah?
Karena dua sifat ini saling melengkapi.
Keadilan memastikan kita tidak menzalimi orang lain.
Memaafkan memastikan hati kita tetap bersih bahkan ketika orang lain menzalimi kita.
Dua sifat ini menjadikan seorang Muslim:
dicintai Allah,
disayangi manusia,
tenang hatinya,
mulia akhlaknya,
dan kuat jiwanya.
--- Ketika seseorang mampu bersikap adil sekaligus pemaaf, maka ia telah meneladani akhlak para nabi.
Mendapatkan cinta Allah adalah tujuan tertinggi seorang hamba. Di antara jalannya adalah menghiasi diri dengan dua sifat mulia: adil dan pemaaf. Latihlah kedua sifat ini dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan. Tegakkan keadilan meski kepada diri sendiri, dan berusahalah memaafkan meski berat di awal.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang dicintai-Nya, diridhai langkahnya, dan dimudahkan menuju surga-Nya. Aamiin.
