Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan: Dua Taubat yang Terlambat

Dalam kehidupan, setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Tidak ada satu pun dari kita yang luput dari dosa. Namun, Allah Yang Maha Pengampun selalu membuka pintu taubat selebar-lebarnya. Meski demikian, ada dua keadaan ketika taubat tidak lagi diterima—dua momen yang membuat penyesalan kehilangan maknanya. Inilah yang disebut taubat yang terlambat.

Artikel ini mengingatkan kita agar tidak menunda untuk kembali kepada Allah, karena waktu yang kita miliki tidak pernah pasti.

1. Taubat Ketika Nyawa Sampai di Tenggorokan

Allah berfirman:

“Tidaklah bermanfaat bagi seseorang beriman ketika ia melihat azab…”

(QS. Yunus: 90)

Ayat ini turun tentang Firaun yang ingin beriman saat sakaratul maut telah menjemput. Pada detik itu, ruh sudah hampir meninggalkan jasad. Ia melihat malaikat, ia melihat kebenaran yang selama ini ia dustakan. Tetapi penyesalan itu datang terlalu lambat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan.”

(HR. Tirmidzi)

Maknanya jelas: taubat di akhir ajal tidak lagi diterima, sebab ia bukan lagi lahir dari kesadaran dan keikhlasan, tetapi dari ketakutan melihat kenyataan yang tak bisa dihindari.

Taubat mestinya lahir dari iman, bukan dari kepanikan. Ia adalah kesadaran, bukan sekadar reaksi. Ketika ajal sudah di depan mata, manusia tidak lagi punya pilihan. Semua telah tersingkap. Iman saat itu bukan iman yang dikehendaki.

Karena itu, jangan menunggu tua untuk berubah. Jangan menunggu sakit untuk memperbaiki diri. Jangan menunggu kesempatan terakhir untuk kembali. Sebab kita tidak tahu kapan "tenggorokan" itu menjadi batas akhir.

2. Taubat Setelah Matahari Terbit dari Barat

Allah telah menetapkan bahwa salah satu tanda besar kiamat adalah terbitnya matahari dari barat. Ketika itu terjadi, seluruh tatanan alam berubah, dan seluruh manusia akan terpana dalam ketakutan yang tidak pernah dibayangkan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak akan diterima taubat seseorang ketika matahari terbit dari barat.”

(HR. Muslim)

Pada saat itu, seluruh manusia beriman. Semua orang mengakui keagungan Allah. Tidak ada lagi yang ingkar atau ragu. Namun, keimanan yang muncul setelah tanda besar seperti itu tidak lagi bernilai.

Mengapa?

Karena ujian telah selesai. Dunia bukan lagi tempat pilihan. Manusia tidak lagi beriman secara sukarela, tetapi karena terpaksa oleh keadaan yang tak terbantahkan. Iman yang benar adalah iman yang lahir dalam keadaan ghaib—yakni ketika seseorang percaya tanpa melihat.

Saat matahari terbit dari barat, pilihan telah ditutup. Kesempatan telah habis. Pintu taubat tertutup rapat, seiring berakhirnya fungsi dunia sebagai tempat ujian.

Renungan: Jangan Menunda Taubat

Sahabat, kita tidak pernah tahu kapan ajal akan datang, dan kita tidak tahu kapan dunia ini akan berhenti berputar sebagaimana biasanya. Yang kita tahu hanyalah satu hal: pintu taubat masih terbuka hari ini.

Taubat bukan hanya untuk para pendosa besar. Taubat adalah kebutuhan bagi kita semua—yang lemah, yang sering lupa, yang sering terjatuh. Allah tidak meminta taubat yang sempurna, tetapi taubat yang tulus.

Apa yang bisa kita lakukan mulai sekarang?

-Segera tinggalkan dosa yang kita tahu.

-Jangan menunggu “nanti”.

-Perbanyak istighfar.

Kata Rasulullah ﷺ, beliau sendiri beristighfar lebih dari 70 kali dalam sehari—padahal beliau maksum.

-Perbaiki hubungan dengan manusia.

Karena taubat kepada Allah tidak sah jika masih membawa kezhaliman terhadap sesama.

-Mulai amal kecil yang istiqamah.

Lebih baik sedikit tapi terus-menerus daripada banyak tapi berhenti.

Dua taubat yang terlambat—di ujung ajal dan setelah terbitnya matahari dari barat—adalah pengingat bahwa waktu tidak menunggu kita. Setiap detik adalah kesempatan. Setiap helaan napas adalah karunia. Jangan sampai kita baru merasakan penyesalan ketika segala pintu telah tertutup.

Selagi masih hidup, selagi matahari masih terbit dari timur, selagi hati masih bisa tersentuh—kembalilah kepada Allah. Sebab Dia lebih dekat dari apa yang kita kira dan lebih sayang dari yang kita bayangkan.