Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sosok Wanita yang "Curhatnya" Dijawab Langsung Melalui Ayat Al-Qur’an


Dalam sejarah Islam, ada banyak kisah yang menggetarkan hati. Namun, salah satu kisah paling menyentuh adalah tentang seorang perempuan yang curhatnya kepada Rasulullah ﷺ langsung dijawab oleh Allah melalui wahyu, dan menjadi bagian dari Al-Qur'an. Dialah Khaulah binti Tsa’labah, perempuan mulia yang curhatnya abadi dalam surah Al-Mujadilah.

Curhatan yang Didengar Langit

Khaulah binti Tsa’labah adalah istri dari Aus bin Ash-Shamit. Suatu hari, suaminya mengucapkan kalimat yang sangat menyakitkan: zihâr, yaitu mengatakan kepada istrinya, “Engkau bagiku seperti punggung ibuku.” Di masa jahiliyah, ini merupakan bentuk talak yang kejam, sebab suami memutuskan hubungan, tapi tetap menahan istri tanpa hak sebagai istri dan tanpa kejelasan.

Merasa dizalimi, Khaulah pun datang kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ia mengadukan perihal suaminya dan keadaannya. Ia menangis, memohon keadilan, dan menantikan solusi. Rasulullah ﷺ saat itu belum memiliki jawaban hukum pasti atas kasus tersebut, karena belum ada wahyu yang turun. Maka Khaulah pun bersabar, meski hatinya pedih.

Dan saat itulah, langit pun menjawab curhatannya...

Turunnya Surah Al-Mujadilah

Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi ﷺ melalui malaikat Jibril:

"Sungguh, Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."

(QS. Al-Mujadilah: 1)

Betapa agung dan dalam makna ayat ini! Allah SWT menyebut langsung pengaduan seorang perempuan sebagai gugatan yang didengar-Nya. Bahkan malaikat Jibril datang membawa wahyu untuk membela Khaulah. Bukan hanya satu ayat, tetapi Allah menurunkan beberapa ayat yang menetapkan hukum baru tentang zihâr dan penebusannya.

Dihormati oleh Langit dan Bumi

Kisah ini begitu kuat hingga para sahabat Nabi sangat menghormati Khaulah. Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah, pernah berhenti hanya karena Khaulah menyapanya. Para sahabat bingung, namun Umar berkata, “Dia adalah perempuan yang didengar pengaduannya oleh Allah dari atas langit ketujuh. Apakah aku tidak akan mendengarkannya?”

Khaulah bukan hanya simbol perjuangan dan kesabaran, tapi juga bukti bahwa Allah memperhatikan setiap jeritan hati hamba-Nya, terlebih yang terzalimi.

Pelajaran Bagi Muslimah Masa Kini

Kisah ini memberikan pelajaran mendalam:

Allah Maha Mendengar

Tak ada keluh kesah yang sia-sia jika ditujukan kepada Allah. Bahkan jika manusia tak bisa menolong, langit akan menjawab dengan caranya.

Perempuan Memiliki Hak dan Kehormatan

Islam membela perempuan yang tertindas. Khaulah tidak dibiarkan terjebak dalam budaya jahiliyah, tapi Islam datang membawa keadilan.

Boleh Mengadu dengan Sopan dan Bijak

Curhat kepada pemimpin atau tokoh agama bukan hal yang tabu. Jika dilakukan dengan niat mencari solusi dan dengan adab, maka itu adalah jalan yang benar.

Jangan Remehkan Doa dan Pengaduan yang Tulus

Mungkin manusia tak bisa langsung menjawab, tapi Allah tidak pernah menunda jawaban kecuali karena hikmah.

Penutup dari kisah ini.....

Khaulah binti Tsa’labah telah membuktikan bahwa suara perempuan pun sampai ke langit. Bahwa keluhan yang keluar dari hati yang teraniaya bisa mengguncang Arsy, hingga Allah turunkan wahyu untuk menjawabnya.

Di zaman ini, saat banyak perempuan merasa tak didengar, kisah Khaulah adalah pelita yang menerangi hati. Bahwa kita boleh bicara, boleh curhat, asalkan pada tempat dan cara yang benar — dan yang paling utama, kepada Allah Yang Maha Mendengar.

"Jika keluh kesahmu tak didengar manusia, maka langit terbuka bagi air matamu."