Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikmah : Kisah Hidup Abdullah Ibnu Mubarak, Menggali Ilmu dari 4.000 Guru


Dalam sejarah Islam, terdapat banyak ulama besar yang tidak hanya dikenal karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena ketakwaan dan kezuhudannya. Salah satu nama yang harum dan abadi dalam dunia keilmuan Islam adalah Abdullah Ibnu Mubarak. Ia adalah sosok yang tidak hanya ahli dalam ilmu hadits dan fiqih, tetapi juga seorang mujahid dan dermawan. Yang lebih mengagumkan, ia dikenal telah belajar dari lebih dari 4.000 guru, menjadikannya simbol semangat menuntut ilmu yang tiada henti.

Latar Belakang dan Masa Muda

Abdullah Ibnu Mubarak lahir pada tahun 118 H (736 M) di kota Merv, Khurasan, sebuah wilayah di Persia (sekarang Turkmenistan). Ayahnya berasal dari Turki, dan ibunya berasal dari bangsa Khurasan. Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, Abdullah kecil tumbuh dalam lingkungan yang mencintai ilmu dan keimanan.

Sejak usia muda, Ibnu Mubarak menunjukkan kecintaan yang luar biasa terhadap ilmu agama. Ia mulai belajar Al-Qur'an, hadits, fiqih, dan bahasa Arab dari para ulama di kota Merv. Tidak puas dengan ilmu yang ada di sekitarnya, ia pun bertekad merantau demi menggali ilmu sebanyak-banyaknya.

Mengembara Menuntut Ilmu

Semangat menuntut ilmu Ibnu Mubarak sangat luar biasa. Ia menghabiskan waktu puluhan tahun untuk berkelana ke berbagai kota dan negeri demi berguru kepada para ulama. Mulai dari Khurasan, Hijaz, Syam, Irak, hingga Mesir. Tidak kurang dari 4.000 guru pernah menjadi tempat ia menimba ilmu. Di antara mereka ada para tabi'in dan tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Al-Awza’i, dan lain-lain.

Perjalanannya bukan hanya fisik, tetapi juga penuh perjuangan dan pengorbanan. Ia menempuh ribuan kilometer, tidur di masjid-masjid, kadang tidak makan berhari-hari, semua demi mendapatkan satu hadits atau satu hikmah dari seorang ulama.

Ahli Ilmu dan Hadits

Ibnu Mubarak dikenal sebagai hafizh, yaitu penghafal ribuan hadits. Ia menjadi rujukan utama dalam ilmu hadits pada zamannya. Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Tidak ada seorang pun pada zamannya yang lebih luas ilmunya daripada Ibnu Mubarak.” Bahkan, Imam Bukhari meriwayatkan hadits darinya dalam kitab Shahih Bukhari.

Ia juga menguasai berbagai cabang ilmu keislaman: tafsir, fiqih, akidah, dan tasawuf. Meski sangat berilmu, ia tidak pernah menyombongkan diri. Justru, Ibnu Mubarak terkenal sangat tawadhu, rendah hati, dan menjauhi popularitas.

Mujahid dan Dermawan

Ibnu Mubarak bukan hanya ulama, tapi juga seorang mujahid. Ia kerap ikut dalam peperangan membela Islam, bahkan membiayai pasukan dari hartanya sendiri. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika ia pergi haji dan mendapati seorang wanita yang mencari daging bangkai. Ia pun membatalkan hajinya dan menyerahkan seluruh bekal hajinya untuk membantu wanita itu dan keluarganya.

Hartanya juga sering ia salurkan untuk membantu para ulama, pelajar, dan fakir miskin. Ia bekerja sebagai pedagang, dan dari hasil dagangnya ia mendanai kegiatan dakwah, jihad, dan ilmu.

Keteladanan dan Wafatnya

Abdullah Ibnu Mubarak adalah sosok zuhud yang sejati. Ia tidak tergoda oleh dunia meski mampu memilikinya. Ia sangat mencintai akhirat dan selalu merasa dirinya belum berbuat cukup untuk Allah.

Ia wafat pada tahun 181 H (797 M) di usia sekitar 63 tahun. Wafatnya disambut duka mendalam oleh umat Islam kala itu. Para ulama menyebutnya sebagai bintang yang terang dalam sejarah Islam.

Penutup: Pelajaran dari Ibnu Mubarak

Dari kisah hidup Ibnu Mubarak, kita belajar beberapa hal penting:

1. Semangat menuntut ilmu: Ia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta demi ilmu. Dalam dunia serba instan hari ini, semangat seperti ini patut diteladani.

2. Keseimbangan ilmu dan amal: Ia bukan hanya berilmu, tetapi juga mengamalkan, berjihad, dan bersedekah.

3. Zuhud dan rendah hati: Kekayaan dan ketenaran tidak membuatnya sombong. Ia tetap hidup sederhana dan tidak mencari pujian.

4. Cinta kepada umat: Hartanya banyak digunakan untuk kemaslahatan orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.

Ibnu Mubarak adalah bukti bahwa seorang Muslim bisa menjadi ulama, pebisnis, mujahid, dan dermawan dalam waktu yang sama. Sosoknya menjadi inspirasi lintas zaman bagi siapa saja yang ingin menapaki jalan ilmu dan takwa.