Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah 7 Sebab Ketika Setan "Berpesta Pora"

Ada satu hal yang sering luput dari perhatian manusia: setan tidak pernah libur. Ia selalu bekerja, siang dan malam, mencari celah untuk menjerumuskan anak Adam. Dan ada saat-saat tertentu, ketika setan benar-benar “berpesta pora”, bergembira karena berhasil menjerat manusia ke dalam jebakan yang ia rancang dengan halus dan licik.

Setan berpesta bukan ketika manusia gagal meraih dunia, tapi ketika manusia gagal menjaga imannya. Ia bergembira bukan karena seseorang jatuh miskin, melainkan karena seseorang mulai lalai mengingat Allah. Bukan karena seseorang sakit, tetapi karena hatinya mulai jauh dari dzikir dan taubat.

1. Saat Manusia Terjebak dalam Dosa yang Dianggap Biasa

Inilah momen pesta terbesar bagi setan: ketika dosa tidak lagi terasa dosa. Ketika maksiat dibungkus dengan alasan “manusiawi”, “bukan masalah besar”, atau “semua orang juga melakukannya.”

Setan tahu, sekali manusia merasa nyaman dengan dosa, maka ia tidak perlu lagi bersusah payah membisikkan godaan. Dosa itu akan beranak pinak dalam diri pelakunya. Maka berpestalah setan, menari-nari di atas hati yang gelap dan lupa.

2. Saat Manusia Marah dan Kehilangan Kendali

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan.” (HR. Abu Dawud)

Ketika seseorang marah, ia membuka pintu besar bagi setan untuk masuk. Lihatlah, berapa banyak persaudaraan yang hancur hanya karena emosi sesaat. Berapa banyak rumah tangga retak karena ucapan yang keluar di tengah amarah. Di saat itulah, setan berpesta — bukan dengan musik dan cahaya, tapi dengan tawa puas melihat manusia saling menyakiti.

3. Saat Manusia Sombong dan Merasa Lebih Baik

Kesombongan adalah dosa pertama yang membuat setan diusir dari surga. Maka ketika manusia ikut terjebak dalam kesombongan, setan merasa seolah mendapat teman seperjuangan.

Ia bersorak ketika manusia mulai merendahkan sesama, merasa paling benar, paling suci, atau paling berhak atas pujian. Setan tidak perlu berbuat banyak — cukup membuat seseorang lupa bahwa semua kebaikan datang dari Allah, maka kesombongan akan tumbuh subur dalam hatinya.

4. Saat Manusia Putus Asa dari Rahmat Allah

Pesta lain yang disukai setan adalah ketika manusia menyerah pada dosa dan berputus asa dari ampunan Allah.

“Sudahlah, dosamu terlalu besar,” bisik setan, “tidak mungkin Allah mau memaafkanmu.”

Padahal, Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar [39]:53,

“Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”

Namun banyak yang tertipu. Mereka memilih berlarut dalam penyesalan tanpa taubat, hingga akhirnya tenggelam dalam rasa putus asa — dan setan pun berpesta lagi.

5. Saat Manusia Lalai dari Shalat

Shalat adalah benteng utama dari godaan setan. Maka ketika manusia mulai meninggalkannya, setan pun bersorak gembira.

Setan tidak langsung menyuruh seseorang berhenti shalat, tapi ia mulai dengan membuat seseorang menunda-nunda waktu. Dari “sebentar lagi” menjadi “nanti saja”, lalu “terlambat”, hingga akhirnya “tidak sempat.”

Satu shalat yang tertinggal bisa menjadi pintu bagi seribu kelalaian berikutnya. Dan di setiap kelalaian itu, setan menyalakan lampu pestanya.

6. Saat Manusia Berselisih dan Saling Membenci

Setan paling senang melihat permusuhan di antara manusia, terutama di antara orang-orang beriman. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh para penyembah di Jazirah Arab, tetapi ia masih berusaha menebarkan permusuhan di antara mereka.” (HR. Muslim)

Selama manusia masih sibuk saling mencela, menuduh, dan berdebat tanpa adab, setan tak perlu khawatir. Umat Islam akan lemah dengan sendirinya — dan ia pun berpesta atas perpecahan itu.

7. Saat Manusia Menukar Akhirat dengan Dunia

Ketika manusia menjadikan dunia sebagai tujuan utama, bukan sekadar jalan menuju akhirat, setan bersuka cita.

Ia menanamkan cinta berlebihan pada harta, kedudukan, dan pujian manusia. Ia membuat manusia sibuk mengejar apa yang sementara, hingga lupa pada yang kekal.

Setan tidak perlu mengubah keyakinan manusia — cukup membuatnya sibuk dengan dunia, maka secara perlahan, ia akan lupa dengan akhirat.

Maka! Jangan Biarkan Setan Berpesta di Hati Kita

Setan hanya bisa berpesta jika kita memberi izin. Ia tak punya kekuatan atas orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. An-Nahl [16]:99)

Jadi, setiap kali kita tergoda, marah, sombong, malas beribadah, atau putus asa, sadarilah — mungkin setan sedang bersiap menggelar pestanya.

Jangan biarkan ia bersorak di atas kehancuran iman kita. Matikan pestanya dengan istighfar, dzikir, dan taubat yang tulus. Karena kemenangan sejati bukanlah saat kita bebas dari godaan, tetapi saat kita mampu menolak bisikan itu dengan iman yang kokoh.