Renungan: Jangan Biarkan Orangtua Kita Kesepian
Di tengah kesibukan dunia yang kian menuntut waktu dan perhatian, ada dua sosok yang sering kali terlupakan: ayah dan ibu. Mereka yang dulu selalu ada di sisi kita, kini perlahan tersisih oleh padatnya jadwal dan hiruk pikuk kehidupan. Kita jarang pulang, jarang menelpon, bahkan kadang lupa menanyakan kabar.
Padahal, di usia senjanya, mereka bukan lagi butuh uang atau harta, melainkan kehadiran dan kasih sayang dari anak-anaknya.
Rindu yang Tersimpan dalam Diam
Orangtua tidak selalu pandai mengungkapkan perasaannya. Mereka mungkin tidak pernah berkata “Aku kesepian,” tapi kita tahu, di balik senyum dan kalimat “Ibu baik-baik saja” tersimpan rindu yang dalam.
Rindu akan suara kita, tawa kita, bahkan hanya sapaan singkat di pagi hari.
Kesepian mereka bukan karena rumah yang sunyi, melainkan karena hati yang kosong tanpa kebersamaan. Betapa sering mereka menatap pintu, berharap anaknya datang berkunjung. Atau menatap layar ponsel, menunggu pesan yang tak kunjung masuk.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...”
(QS. Al-Isra: 23)
Ayat ini bukan hanya perintah untuk menghormati, tapi juga untuk mencintai, memperhatikan, dan menemani. Karena berbuat baik bukan sekadar memberi nafkah, melainkan juga memberi waktu, kasih, dan perhatian.
Dulu Mereka Tak Pernah Letih untuk Kita
Mari kita ingat masa kecil dahulu. Siapa yang rela menahan kantuk saat kita sakit? Siapa yang berdoa setiap malam agar hidup kita dipenuhi keberkahan? Siapa yang menuntun kita saat terjatuh dan menyemangati ketika kita hampir menyerah?
Merekalah, orangtua kita — pahlawan tanpa tanda jasa yang mencurahkan seluruh hidupnya demi kebahagiaan anak-anaknya.
Namun kini, ketika mereka menua dan mulai rapuh, sering kali justru mereka yang kita abaikan. Mereka yang dulu berlari saat kita menangis, kini menangis diam-diam karena kita jarang datang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Celaka, celaka, celaka!”
Para sahabat bertanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab,
“Orang yang mendapati kedua orangtuanya masih hidup, salah satunya atau keduanya, namun tidak membuatnya masuk surga (dengan berbakti kepada mereka).”
(HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan betapa besar kedudukan orangtua di sisi Allah. Mereka adalah pintu surga yang terbuka di dunia ini. Namun, sayangnya, banyak anak yang menutupnya dengan kelalaian dan kesibukan.
Waktu Tidak Akan Selalu Ada
Hidup ini sangat singkat. Tak ada yang tahu kapan kesempatan itu berakhir. Berapa banyak anak yang menyesal setelah kehilangan orangtuanya — menyesal karena terlalu sibuk, terlalu cuek, terlalu yakin “masih ada waktu nanti.”
Padahal, ketika ajal menjemput, semua kesibukan itu tak berarti apa-apa dibandingkan satu pelukan yang tak sempat diberikan.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah berkata:
“Ketika orangtuamu telah tiada, engkau baru sadar bahwa engkau telah kehilangan salah satu pintu surga.”
Bahagiakan Mereka Selagi Bisa
Berbakti bukan hanya dengan materi. Bahkan perhatian kecil bisa membuat hati mereka berbunga-bunga:
-Telepon mereka setiap hari walau hanya sebentar.
-Kunjungi mereka sesering mungkin.
-Dengarkan cerita mereka meski berulang.
-Tunjukkan kasih sayang dengan pelukan, senyum, dan doa.
-Doakan mereka selalu dalam setiap sujud.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ridha Allah tergantung pada ridha orangtua, dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.”
(HR. Tirmidzi)
Maka jangan remehkan satu senyum mereka, karena di dalamnya mungkin ada ridha Allah yang membawa keberkahan hidup kita.
Mari kita renungi lagi! Orangtua kita bukan beban, mereka adalah amanah cinta dari Allah. Jangan biarkan mereka melewati hari-hari dalam kesepian dan kerinduan. Hadirlah, temani mereka, bahagiakan mereka, dan doakan mereka setiap waktu.
Karena ketika mereka pergi, tak ada lagi yang bisa menggantikan doa tulus yang setiap malam mereka panjatkan untuk kita.
Selagi masih ada waktu, bahagiakanlah orangtua. Karena doa mereka adalah jalan terang menuju surga.
