Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanda-Tanda Orang yang Tertipu oleh Dirinya Sendiri ( Ghurur )

Dalam perjalanan hidup, setiap manusia diuji bukan hanya oleh keadaan luar, tetapi juga oleh dirinya sendiri. Salah satu ujian paling berbahaya adalah ketika seseorang tertipu oleh dirinya sendiri—merasa aman padahal sedang jauh dari kebenaran, merasa benar padahal salah, merasa dekat dengan Allah padahal semakin menjauh. Penipuan diri (ghurur) adalah penyakit hati yang halus, sulit dirasakan, dan sering tak disadari sampai semuanya terlambat.

Berikut adalah tanda-tanda orang yang tertipu oleh dirinya sendiri menurut pandangan para ulama dan hikmah para salihin.

1. Merasa Sudah Banyak Beribadah, Padahal Mutunya Rendah

Ia merasa ibadahnya sudah luar biasa: shalat tepat waktu, sedekah, bahkan ikut kegiatan-kegiatan keagamaan. Namun ia lupa bahwa Allah melihat kualitas, bukan sekadar kuantitas.

Orang yang tertipu biasanya:

-Merasa amalnya sudah cukup,

-Bangga dengan kebaikan yang dilakukan,

-Lupa bahwa amal tanpa keikhlasan adalah hampa.

Para ulama berkata, “Riya yang kecil saja sudah bisa menghapus amal, apalagi rasa bangga yang berlebihan.”

2. Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

Ketika hati mulai berkata, “Aku lebih baik dari dia”, saat itu pula seseorang sedang tertipu. Inilah penyakit Iblis ketika menolak sujud kepada Adam. Ia merasa lebih mulia padahal kenyataannya ia membangkang.

Orang yang tertipu oleh dirinya sendiri sering:

-Menganggap orang lain kurang amanah, kurang baik, kurang taat,

-Membandingkan kekurangannya dengan kekurangan orang lain,

-Lupa introspeksi karena terlalu sibuk melihat celah orang lain.

Hati yang sombong tak pernah bisa melihat kebenaran.

3. Terus Banyak Berbuat Dosa, Tapi Merasa Allah Pasti Mengampuni

Benar bahwa Allah Maha Pengampun. Namun orang yang tertipu memaknai rahmat Allah dengan keliru. Ia terus melakukan maksiat dan berkata dalam hatinya:

“Tenang saja, Allah Maha Pemaaf.”

Padahal rahmat Allah selalu diiringi dengan perintah untuk bertaubat dan menjauhi dosa. Jika seseorang sengaja bermaksiat sambil merasa aman, maka ia sedang menipu dirinya sendiri.

4. Menganggap Nasihat Tertuju bagi Orang Lain, Bukan untuk Dirinya

Ketika mendengar ceramah, membaca ayat, atau melihat peringatan, ia langsung berpikir:

“Ini cocok untuk si Fulan.”

Padahal orang pertama yang harus menerima nasihat adalah dirinya sendiri. Orang yang tertipu sibuk menunjuk kesalahan orang lain dan lupa memperbaiki dirinya.

5. Menunda Tobat dengan Alasan Masih Ada Waktu

Ia sering berkata, “Nanti saja kalau sudah tua,” atau “Tobat itu pelan-pelan, nggak perlu sekarang.”

Padahal tidak ada yang tahu kapan ajal datang. Penundaan tobat adalah salah satu bentuk penipuan diri yang paling halus.

Ibnul Qayyim berkata, “Penundaan tobat adalah racun yang mematikan.”

6. Senang Dipuji Tapi Marah Ketika Ditegur

Ia merasa tenang ketika orang memujinya dan merasa tersinggung ketika mendapat kritik. Ini tanda bahwa ia tidak lagi beramal karena Allah, tetapi karena manusia.

Orang yang tertipu:

-Mengukur kebaikan dari penilaian orang,

-Menolak nasihat meski jelas benar,

-Merasa dirinya sulit berbuat salah.

Padahal manusia terbaik adalah yang paling mudah menerima nasihat.

7. Banyak Ilmu Tapi Tidak Mengamalkannya

Orang yang tertipu bisa jadi adalah orang alim, pandai bercerita tentang agama, hafal ayat dan hadits, namun tidak mempraktikkannya. Ilmunya hanya berhenti di lisan, tidak menembus hati dan amal.

Imam Hasan Al-Bashri berkata,

“Ilmu yang tidak diamalkan adalah bukti seseorang tertipu oleh dirinya sendiri.”

8. Merasa Bahagia dalam Dosa dan Lalai dalam Kebaikan

Ketika maksiat terasa ringan dan taat terasa berat, itu tanda hati sedang tertipu. Allah mencabut rasa manis dalam ibadah sebagai bentuk peringatan. Namun orang yang tertipu menganggapnya biasa saja, padahal itu isyarat bahaya.

9. Mengutamakan Dunia, Meremehkan Akhirat

Ia lebih semangat bekerja, mengejar harta, atau urusan dunia daripada shalat, Al-Qur’an, atau amal akhirat. Ketika ada perintah agama, ia berkata, “Nanti dulu.”

Tapi untuk dunia, ia berkata, “Harus sekarang.”

Inilah puncak penipuan diri: membalik prioritas hidup.

Untuk itu, Waspadai Penipuan Diri Sebelum Terlambat

Ketertipuan hati adalah musuh yang bersembunyi di dalam diri. Ia tidak tampak, tetapi membahayakan. Karena itu, para ulama mengajarkan:

-Sering-seringlah bermuhasabah,

-Banyak membaca istighfar,

-Jangan merasa aman dari dosa,

dan dekatlah dengan majelis ilmu serta orang-orang saleh.

Semoga Allah menjaga hati kita dari sifat tertipu dan menuntun kita selalu kepada jalan yang lurus. Aamiin.