Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikmah Dirahasiakannya " Lailatul Qadar " Menurut Imam Ar-Razi


Imam Fakhruddin Ar-Razi, seorang ulama besar dalam tafsir dan ilmu kalam, memberikan beberapa hikmah mengapa malam Lailatul Qadar dirahasiakan dari manusia. Dalam tafsirnya, Mafâtîh al-Ghaib (Tafsir al-Kabîr), beliau menyebutkan beberapa alasan mengapa waktu pasti Lailatul Qadar tidak diberitahukan secara eksplisit. Berikut adalah empat hikmah utama menurut beliau:

1. Ujian bagi Hamba Allah

Jika waktu Lailatul Qadar diketahui dengan pasti, banyak orang hanya akan beribadah pada malam itu dan mengabaikan malam-malam lainnya. Dengan merahasiakannya, Allah menguji keimanan dan kesungguhan manusia dalam beribadah sepanjang bulan Ramadhan, bukan hanya pada satu malam tertentu.

2. Mendorong Kesungguhan dalam Ibadah

Karena ketidakpastian waktu Lailatul Qadar, umat Islam terdorong untuk memperbanyak ibadah sepanjang sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini menjadikan mereka lebih rajin dalam berdoa, membaca Al-Qur'an, dan beribadah dengan khusyuk, dengan harapan mendapatkan kemuliaan malam tersebut.

3. Menghindari Kelalaian dan Kesombongan

Jika seseorang tahu dengan pasti kapan Lailatul Qadar terjadi, mereka mungkin akan merasa cukup setelah beribadah pada malam itu dan menjadi lalai pada malam-malam berikutnya. Bahkan, ada kemungkinan munculnya kesombongan karena merasa telah mendapatkan kemuliaan malam tersebut. Dengan merahasiakannya, Allah menjaga manusia dari sifat lalai dan sombong.

4. Menjaga Kesucian Malam Lailatul Qadar

Jika waktu pasti Lailatul Qadar diketahui, dikhawatirkan sebagian orang yang tidak menghargai kesuciannya akan berbuat sia-sia atau bahkan maksiat di malam itu. Dengan merahasiakannya, hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keberkahan malam tersebut yang akan mendapatkannya.

Hikmah-hikmah ini menunjukkan bahwa kerahasiaan Lailatul Qadar adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar mereka semakin mendekatkan diri kepada-Nya sepanjang Ramadhan. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk terus meningkatkan ibadah dan kebaikan, terutama pada sepuluh malam terakhir, agar tidak kehilangan kesempatan meraih keberkahan malam yang lebih baik dari seribu bulan ini.