Dengki Itu Bagaikan Lubang di Jalan
Dengki adalah penyakit hati yang diam-diam menggerogoti kebahagiaan seseorang. Ia tidak terlihat secara fisik, tetapi dampaknya begitu nyata dalam perilaku, ucapan, bahkan dalam nasib hidup seseorang. Dengki bagaikan lubang di jalan — kadang kecil, kadang besar, tapi sama-sama berbahaya. Siapa yang tidak berhati-hati bisa terperosok, terluka, bahkan sulit bangkit kembali.
1. Lubang yang Tak Terlihat Tapi Menjerumuskan
Seperti lubang di jalan yang kadang tertutup daun atau genangan air, rasa dengki sering tersembunyi di balik senyum dan kepura-puraan. Orang yang dengki mungkin tampak ramah di luar, tapi dalam hatinya ia resah melihat orang lain bahagia atau sukses.
Padahal, Allah telah menegaskan:
“Apakah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah Allah berikan kepadanya?”
(QS. An-Nisa: 54)
Dengki membuat seseorang buta terhadap rahmat Allah. Ia tidak lagi melihat bahwa setiap orang memiliki takdir dan rezekinya masing-masing. Ia hanya fokus pada apa yang tidak dimilikinya, bukan pada nikmat yang sudah ada dalam genggamannya.
2. Mengguncang Langkah dan Menghambat Perjalanan
Lubang di jalan membuat orang melambat, berhenti, atau bahkan terjatuh. Begitu pula dengki — ia menghambat langkah seseorang menuju kebaikan. Orang yang hatinya dipenuhi dengki akan sulit berkembang, karena energi dan pikirannya habis untuk membandingkan diri dengan orang lain.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata:
“Orang yang dengki tidak akan pernah merasakan ketenangan.”
Betul sekali. Sebab hati yang penuh iri tak akan tenang walau dunia diserahkan kepadanya. Ia selalu merasa kurang, karena ukuran bahagianya bergantung pada penderitaan orang lain. Maka selama orang lain masih lebih baik darinya, ia takkan pernah puas.
3. Dari Lubang Kecil Jadi Jurang Dalam
Awalnya, dengki mungkin tampak sepele — hanya rasa tidak suka melihat teman lebih berhasil, atau kesal ketika orang lain dipuji. Namun bila dibiarkan, lubang kecil ini akan melebar menjadi jurang yang dalam. Ia bisa menumbuhkan fitnah, permusuhan, bahkan kehancuran hubungan baik.
Betapa banyak persahabatan, keluarga, atau komunitas hancur bukan karena kesalahan besar, tapi karena bibit kecil dengki yang tak diobati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jangan saling mendengki, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini adalah pengingat agar kita membersihkan hati sebelum dengki menumbuhkan dosa yang lebih besar. Karena sekali hati dipenuhi iri, ia bisa menutup pintu kasih sayang dan memadamkan cahaya iman.
4. Cara Menambal Lubang Dengki
Sebagaimana jalan berlubang harus segera diperbaiki agar tidak menelan korban, hati yang berlubang oleh dengki pun harus segera ditambal. Caranya?
Sadari bahwa semua nikmat berasal dari Allah. Bila orang lain mendapat keberhasilan, itu bukan ancaman untuk kita, melainkan bukti luasnya rahmat Allah.
Bersyukur atas apa yang dimiliki. Syukur adalah tambalan terbaik untuk hati yang robek oleh iri.
Doakan kebaikan untuk orang yang kita iri. Ini berat, tapi justru itulah obatnya. Saat kita tulus mendoakan orang lain, Allah akan menenangkan hati kita dan mengganti iri dengan cinta.
Perbanyak istighfar dan zikir. Hati yang sering mengingat Allah akan lebih mudah bersih dari penyakit batin.
5. Jalan yang Mulus Adalah Hati yang Tulus
Bayangkan sebuah jalan yang rata dan bersih — kendaraan melaju dengan lancar, perjalanan terasa ringan. Begitu pula hati yang tulus tanpa dengki. Ia memudahkan langkah menuju ridha Allah, membuat hidup terasa lapang, dan menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai sumber inspirasi, bukan ancaman.
Karena itu, jangan biarkan dengki menjadi lubang di jalan hidupmu. Bila ada rasa iri muncul, segera perbaiki dengan doa dan syukur. Sebab perjalanan menuju kebahagiaan sejati hanya bisa ditempuh di jalan yang rata — jalan hati yang bersih dan lapang.
Pada intinya..dengki tidak akan pernah membawa kebahagiaan, sebagaimana lubang di jalan tidak akan membawa kenyamanan. Ia hanya akan memperlambat, menjatuhkan, dan melukai. Maka mari kita isi hati dengan rasa syukur, bukan iri. Karena hati yang bersyukur selalu menemukan alasan untuk bahagia, sementara hati yang dengki selalu mencari alasan untuk menderita.
