Family Time: Waktu Curhat Santri Sebagai Wujud Implementasi "Pesantren Ramah Santri"
Oleh: R. Mukti
Pesantren
merupakan miniatur kelompok masyarakat di lingkungan sosial. Santri yang datang
dan belajar di pesantren memiliki latarbelakang budaya dan kepribadian yang
berbeda-beda. Sehingga hal ini membawa banyak tantangan, mulai dari adaptasi
sosial, tekanan akademik, kesepian, hingga potensi bullying. Untuk menangani hal
ini secara sistematis, diperlukannya sebuah program yang bukan hanya reaktif,
tetapi juga bersifat preventif dan promotif terhadap kesejahteraan santri.
Program Family Time hadir di Asrama Sunan Ampel sebagai jawaban. Program tersebut dilakukan dua kali dalam satu minggu, wali kamar bertemu teman-teman santri, memfasilitasi diskusi materi tentang pertemanan, kemandirian hidup, dan kecerdasan sosial-emosional, lalu membuka ruang curhat secara individual atau anonim lewat kotak curhat. Program ini berada di bawah koordinasi Satgas Anti‑Bullying Asrama yang diketuai oleh Ust. Ahmad Jitarunas juga menaungi layanan konseling santri.
Wali kamar memegang peran ganda yaitu sebagai fasilitator dan
juga sebagai “teman dekat” santri di lingkungan asrama. Satgas memiliki
fungsi sebagai pengarah, pengumpul data (misalnya tren curhat), dan
penindaklanjut resmi (konseling, rujukan). Kerja sama kedua unsur ini penting
untuk menjaga kepercayaan santri agar berani berbicara dan merasa didengar.
Tujuan dari program ini adalah:
1. Memfasilitasi ruang aman bagi santri untuk berbicara tentang pengalaman, perasaan, dan tantangan mereka.
2. Menguatkan kemampuan sosial-emosional santri (misalnya: membangun hubungan sehat, mengelola emosi, dan kemandirian).
3. Mencegah dan menanggulangi bullying melalui penguatan ukhuwah dan komunikasi terbuka.
4. Mengimplementasikan budaya pesantren yang ramah santri, artinya lingkungan asrama yang suportif, responsif terhadap kebutuhan santri.
Program ini
cocok dalam kerangka “pesantren ramah santri”, yang menempatkan
kesejahteraan santri sebagai bagian integral dari visi pendidikan. Menciptakan
lingkungan asrama yang lebih terbuka dan suportif cenderung menurunkan risiko
perundungan dan isolasi sosial. Santri belajar bukan hanya akademik formal,
tetapi juga keterampilan hidup seperti mengelola emosi, membangun persahabatan,
berbicara jujur, dan bertanggung jawab.
Pendekatan ini selaras dengan literatur yang menyebut bahwa layanan konseling sekolah (guidance and counselling) secara signifikan berdampak pada kesejahteraan emosional dan hasil akademik siswa. Misalnya, sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa program bimbingan & konseling di sekolah memperbaiki kesejahteraan emosional dan kehadiran siswa. Lebih lanjut, studi tentang peer-support dan dukungan teman sebaya menemukan bahwa dukungan emosional teman mempunyai kaitan positif dengan stabilitas sosial-emosional remaja. Oleh karena itu, Family Time dapat dipandang sebagai bentuk adaptasi konteks pesantren dari praktik peer support & konseling kelompok.
Program Family Time muncul sebagai inovasi kontekstual dalam menghidupkan konseling dan peer-support di asrama pesantren. Dengan pertemuan rutin dua kali per minggu, materi relevan, ruang diskusi terbuka dan mekanisme curhat yang mudah dijangkau, program ini berpotensi memperkuat kesejahteraan emosional santri dan membangun budaya asrama yang lebih ramah. Landasan empiris dari penelitian konseling sekolah dan peer support menguatkan kredibilitas program ini. Untuk keberlanjutan, penting agar program didukung oleh pelatihan fasilitator, sistem tindak lanjut yang jelas, dan evaluasi berkala.
Referensi:
Faiz,
Fahrudin. (2024). Filosofi Pendidikan Anak: Maria Montessori, Rabidranath
Tagore, Abdullah Nashih ‘Ulwan, Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: MJS Press.
Nurhasanah,
E., Sudatha, I. G. W., Santosa, M. H., & Suartama, I. K. (2025). Group
Guidance Strategies to Develop Social Skills in Adolescents: A Literature
Review. Journal of English Language and Education, 10(4).
Simbolon, R., & Purba, W. (2022). Evaluating the Impact of School Counseling Programs on Student Well-being and Academic Performance in the Educational Environment. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora, 11(2).

