Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dua Nikmat yang Sering Manusia Tertipu

Manusia hidup dikelilingi oleh berbagai nikmat dari Allah ﷻ. Namun ironisnya, tidak semua nikmat itu disyukuri dengan benar. Bahkan, ada nikmat yang justru membuat manusia lalai, tertipu, dan akhirnya merugi. Rasulullah ﷺ dengan tegas mengingatkan bahwa ada dua nikmat besar yang sering membuat manusia tertipu, meskipun keduanya sangat dekat dan selalu dirasakan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu padanya: kesehatan dan waktu luang.”

(HR. Bukhari)

Hadis singkat ini mengandung peringatan yang sangat dalam. Sebab yang tertipu bukan orang awam saja, melainkan kebanyakan manusia.

1. Nikmat Kesehatan: Berharga Saat Hilang

Kesehatan adalah nikmat yang paling sering diremehkan. Selama tubuh masih kuat, nafas masih lega, dan anggota badan masih berfungsi normal, manusia cenderung merasa semuanya baik-baik saja. Padahal, sehat adalah modal utama untuk beramal.

Banyak orang baru menyadari mahalnya kesehatan ketika sakit datang. Saat tubuh terbaring lemah, ibadah terganggu, aktivitas terhenti, dan rencana hidup tertunda, barulah kesehatan terasa sangat berharga.

Namun di saat sehat, justru:

-Salat sering ditunda

-Al-Qur’an jarang dibaca

-Badan digunakan untuk maksiat

-Tenaga dipakai untuk mengejar dunia semata

Padahal, setiap sujud, puasa, sedekah, dan amal kebaikan membutuhkan tubuh yang sehat. Jika kesehatan tidak digunakan untuk ketaatan, maka itulah bentuk ketertipuan.

2. Nikmat Waktu Luang: Habis Tanpa Bekas

Nikmat kedua yang sering menipu manusia adalah waktu luang. Banyak orang merasa masih memiliki banyak waktu, sehingga menunda amal, taubat, dan perubahan diri.

“Masih muda.”

“Nanti kalau sudah mapan.”

“Nanti kalau sudah tua.”

Kalimat-kalimat ini menjadi alasan klasik yang menipu. Padahal, waktu luang adalah kesempatan emas yang tidak selalu datang dua kali. Ketika kesibukan, sakit, atau kematian datang, waktu yang dulu lapang tak bisa dibeli kembali.

Ironisnya, waktu luang sering dihabiskan untuk:

-Hiburan tanpa batas

-Scroll tanpa tujuan

-Obrolan sia-sia

-Kesibukan yang tak bernilai akhirat

Allah ﷻ bahkan bersumpah dengan waktu dalam Al-Qur’an, sebagai tanda betapa berharganya ia. Namun manusia justru menyia-nyiakannya.

Mengapa Disebut “Tertipu”?

Disebut tertipu karena:

-Nikmatnya terasa, tapi tidak disadari nilainya

-Diberi kesempatan, tapi tidak dimanfaatkan

-Merasa aman, padahal sedang rugi

Orang yang tertipu adalah orang yang merasa untung, padahal sebenarnya rugi besar. Kesehatan dan waktu luang membuat manusia merasa mampu melakukan apa saja, sehingga lupa bahwa semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.

Penyesalan Datang Terlambat

Kelak di hari kiamat, manusia akan ditanya tentang umurnya, untuk apa dihabiskan. Saat itu, kesehatan dan waktu luang tidak lagi bisa digunakan. Yang tersisa hanyalah penyesalan.

Penyesalan terbesar bukan karena kurang harta, tetapi karena kesempatan beramal yang terbuang sia-sia.

Cara Agar Tidak Tertipu

Agar kita tidak termasuk orang yang tertipu oleh dua nikmat ini, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:

-Gunakan kesehatan untuk taat, bukan sekadar nyaman

-Isi waktu luang dengan amal, meski kecil tapi konsisten

-Biasakan bersyukur dengan perbuatan, bukan hanya ucapan

Ingat kematian, agar tidak menunda-nunda

Seimbangkan dunia dan akhirat, bukan memilih salah satunya

Kesehatan dan waktu luang bukan sekadar fasilitas hidup, melainkan ujian. Siapa yang memanfaatkannya untuk kebaikan, ia beruntung. Siapa yang lalai, ia tertipu.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk hamba yang sadar akan nikmat, pandai bersyukur, dan cerdas memanfaatkan waktu sebelum datang penyesalan yang tak berguna.

“Gunakan lima perkara sebelum lima perkara…”

(HR. Al-Hakim)

Karena sejatinya, nikmat terbesar bukan yang paling banyak kita miliki, tetapi yang paling baik kita gunakan untuk mendekat kepada Allah.