Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Hanya Waktu Sisa yang Kita Persembahkan untuk Allah?

Di antara banyak pertanyaan yang layak kita renungkan dalam kehidupan ini, ada satu yang sering kali terlupakan namun sangat menentukan arah hidup: Mengapa justru waktu sisa yang kita persembahkan untuk Allah? Pertanyaan ini bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk mengetuk hati agar kita kembali melihat hakikat hidup dan ibadah kita.

1. Allah Tidak Layak Mendapatkan “Sisa”

Jika kita mengukur nilai sesuatu dari siapa yang menerimanya, maka kepada siapa lagi waktu terbaik itu semestinya diberikan kalau bukan kepada Allah? Dia-lah yang memberi kita kehidupan, kesehatan, keluarga, rezeki, kesempatan, bahkan setiap detik waktu yang kita habiskan. Namun ironisnya, justru kepada Pemberi waktu itulah kita hanya menghadiahkan sisa-sisa waktu yang tidak terpakai.

Ketika lelah, baru ingat berdoa.

Ketika sempit, baru minta pertolongan.

Ketika lapang, ibadah sering ditunda.

Bukankah hal ini bentuk keteledoran yang halus tetapi berbahaya?

2. Kesibukan Dunia Menjadi Alasan Paling Populer

Dunia tak pernah kehabisan alasan untuk menyita waktu kita. Pekerjaan terasa tak ada habisnya, media sosial tanpa sadar menggerus menit demi menit, rutinitas berjalan otomatis hingga kita lupa meluangkan waktu khusus untuk Allah.

Padahal kesibukan-kesibukan itu bukanlah musuh, namun sering menjadi tirai yang menutupi pandangan kita dari kewajiban terbesar: mengingat Allah dan mendekat kepada-Nya.

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.”

(QS. Al-Munafiqun: 9)

Ayat ini bukan melarang kita bekerja atau mengurus keluarga, tetapi mengingatkan agar semua itu tidak membuat Allah hanya mendapat ruang kecil di ujung hari kita.

3. Waktu Sisa Menandakan Prioritas

Apa yang kita berikan waktu terbaik, itulah prioritas kita. Jika Allah hanya mendapatkan waktu sisa, berarti secara tidak sadar Dia bukan prioritas dalam hidup kita.

Renungkan:

Ketika ada janji penting dengan atasan, kita akan datang lebih awal.

Ketika ada pertemuan dengan orang yang kita cintai, kita mempersiapkan segalanya.

Namun ketika berjanji kepada Allah—melalui shalat, dzikir, tilawah, atau ibadah lainnya—sering kali kita tidak menghadirkan kesiapan yang sama.

4. Kita Akan Menyesal Jika Hanya Menyisakan Waktu untuk Allah

Tidak ada penyesalan yang lebih besar daripada menyadari kebodohan diri setelah waktu habis. Banyak orang baru memahami nilai sebuah ibadah ketika badai kehidupan datang, ketika usia menua, atau saat ajal sudah dekat.

Padahal Allah telah memberikan begitu banyak kesempatan untuk mendekat kepada-Nya dengan penuh cinta, bukan terpaksa. Waktu muda, waktu sehat, waktu lapang—semuanya adalah modal ibadah yang kelak akan dipertanyakan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”

(HR. Hakim)

Hadis ini seolah menyadarkan kita bahwa waktu bukanlah sesuatu yang menunggu kita selesai mengurus dunia.

5. Memberi Waktu Terbaik adalah Bukti Cinta

Ibadah bukan sekadar kewajiban, tetapi wujud cinta dan syukur. Orang yang mencintai sesuatu pasti menyediakan waktu terbaiknya untuk yang dicintai.

Jika kita benar-benar mencintai Allah, seharusnya kita memberikan:

Waktu pagi yang segar untuk tilawah, bukan waktu mengantuk sebelum tidur.

Waktu di sela kesibukan untuk dzikir, bukan hanya saat galau.

Semangat terbaik saat shalat, bukan shalat terburu-buru karena mengejar agenda lain.

Ketika seseorang memberikan yang terbaik kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang terbaik pula kepadanya.

6. Hidup Akan Lebih Tenang Jika Allah Menjadi Prioritas

Mereka yang mendahulukan Allah bukan berarti tidak sibuk, tetapi mereka tahu mana yang paling penting. Karena itu Allah memberikan ketenangan khusus kepada mereka.

Firman-Nya:

“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”

(QS. Ar-Ra’d: 28)

Waktu terbaik yang kita berikan kepada Allah akan kembali kepada kita dalam bentuk ketentraman hati, kelapangan rezeki, dan kemudahan hidup.

Mari persembahkan Allah yang Terbaik, Bukan Sisa

Jika selama ini kita masih memberikan waktu sisa untuk Allah, maka mari mulai berubah hari ini. Berikan waktu terbaik, tenaga terbaik, perhatian terbaik, dan cinta terbaik hanya kepada-Nya.

Karena pada akhirnya, yang paling kita butuhkan bukan dunia yang tak pernah puas, tetapi ridha Allah yang menjadi sumber segala kebaikan.

Mulailah dari hal sederhana: bangun sedikit lebih awal, sempatkan membaca beberapa ayat, luangkan waktu khusus untuk berdoa, dan pastikan Allah mendapat bagian terbaik dari jadwal harian kita.

Semoga Allah melembutkan hati kita untuk kembali kepada-Nya sebelum waktu benar-benar habis. Aamiin.