Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Tingkatan Orang yang Berpuasa


Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan bentuk latihan spiritual untuk meningkatkan kualitas diri. Dalam Islam, ada tingkatan-tingkatan dalam menjalankan puasa, yang menunjukkan sejauh mana seseorang memahami dan mengamalkan esensi ibadah ini. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin membagi puasa menjadi tiga tingkatan utama:

1. Puasa Umum (Shaum al-‘Umum)

Tingkatan pertama ini adalah puasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Puasa ini hanya sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti:

-Makan dan minum

-Berhubungan suami istri di siang hari

Namun, dalam tingkatan ini, seseorang masih bisa melakukan perbuatan tercela seperti berkata dusta, bergunjing, marah-marah, atau melakukan hal yang sia-sia. Puasa ini memang sah secara syariat, tetapi belum mencapai esensi ketakwaan yang lebih dalam.

2. Puasa Khusus (Shaum al-Khusus)

Tingkatan kedua ini lebih tinggi daripada puasa umum. Selain menahan diri dari makan dan minum, seseorang juga menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa, seperti:

-Menjaga mata dari melihat sesuatu yang haram

-Menjaga telinga dari mendengar gosip atau hal yang tidak bermanfaat

-Menjaga lisan dari berbohong, berkata kasar, atau bergunjing

-Menjaga tangan dan kaki dari perbuatan yang tidak baik

-Menjaga hati dari hawa nafsu dan pikiran negatif

Puasa ini lebih berkualitas karena dilakukan dengan kesadaran penuh akan makna ibadah. Orang yang berada dalam tingkatan ini tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih dirinya untuk selalu berada dalam kebaikan.

3. Puasa Khususnya Khusus (Shaum Khusus al-Khusus)

Tingkatan tertinggi dalam berpuasa adalah puasa yang dilakukan oleh orang-orang yang sangat dekat dengan Allah, seperti para nabi, wali, dan orang-orang saleh. Ciri-ciri puasa ini antara lain:

-Selain menjaga anggota tubuh, hati mereka benar-benar terfokus kepada Allah

-Tidak memikirkan dunia secara berlebihan

-Mengisi waktu dengan ibadah, zikir, doa, dan merenungkan kebesaran Allah

-Hati mereka bersih dari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong

Puasa pada tingkatan ini bukan hanya sebagai ibadah rutin, tetapi benar-benar menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai ketakwaan yang hakiki.

Tiga tingkatan puasa ini menggambarkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk mencapai kesucian jiwa dan kedekatan dengan Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Semakin tinggi kualitas puasa seseorang, semakin besar manfaat spiritual yang diperoleh. Mari kita tingkatkan kualitas puasa kita agar tidak hanya sebatas menahan lapar, tetapi juga menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Bagaimana dengan puasamu selama ini? Sudah sampai di tingkatan yang mana?