Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Silaturrahim dan Musyawarah Alumni: "Sumbangsih Pemikiran, Bentuk Loyalitas Terhadap Almamater"



Alumni adalah sebutan bagi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan disuatu lembaga pendidikan, baik di sekolah, pesantren, ataupun perguruan tinggi. Kata alumni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  adalah "orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi." Alumni memiliki peran penting dalam pengembangan almamater, termasuk memberikan masukan, program nyata, dan meningkatkan opini publik. 

Dewan pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra, Agus H. Ahmad Atho'illah, M.IP. (Gus Aik) mengundang beberapa alumni Asrama Sunan Ampel guna musyawaroh, menerima masukan, dan menyusun langkah-langkah strategis untuk mengembangkan mutu pendidikan asrama. Musyawaroh yang dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2025 bertempat di Ndalem Asrama Sunan Ampel dihadiri oleh para alumni lintas generasi mulai dari tahun 1991 sampai tahun 2005. Para alumni yang hadir terdiri dari pejabat publik, ahli hukum, praktisi pendidikan, pengusaha, enterpreuner, dsb.

Pertemuan tersebut membahas beberapa isu di dunia pendidikan khususnya di pesantren. Mulai dari pencegahan Bullying, strategi mendidik santri Gen-Z, komunikasi dan pelayanan terhadap walisantri, hingga pembentukan Tim Penjamin Mutu Pendidikan Asrama. Beberapa hasil musyawaroh terangkum dalam poin berikut:

1. Pencegahan Bullying di Pesantren

Bullying kerap kali menjadi kekhawatiran walisantri. Beberapa fenomena yang bermuculan di media sosial selalu minggiring opini negatif terhadap pesantren. Sehingga menimbulkan stigma buruk di masyarakat akan keberadaan pesantren yang berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat untuk memondokkan putra-putrinya.


Padahal tidak ada pesantren yang menginginkan bullying itu lestari. Beragam upaya dan tindakan dilakukan untuk mewujudkan pesantren yang ramah anak dan anti bullying.

Menurut Pak Akhid Afnan alumni '94 asal Mojosari salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan menerapkan metode punish and reward. Setiap santri memiliki poin dari perilaku postif dan negatifnya. Seperti solat berjamaah santri akan mendapatkan 10 poin. Di akhir periode nanti akan diakumulasi jumlah poin postif yang paling banyak dan santri tersebut diberikan reward.

2. Mendidik Santri Gen-Z

Gen Z umumnya didefinisikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, menjadikan mereka saat ini berusia antara 11 dan 27 tahun (per 2025). Dikenal juga sebagai generasi digital karena tumbuh di era kemudahan teknologi sejak kecil. Walaupun hidup di era serba digital, generasi ini memiliki sifat kecemasan yang tinggi dan mudah mengeluh. Sehingga sering juga disebut generasi strawberry


Dengan adanya perbedaan dengan generasi sebelumnya yaitu mileniall tentu pola pendidikan dan pengasuhannya juga berbeda. Pak Rofiq Junaidi alumni '94 asal Ngawi mengungkapkan beberapa tips yang harus dilakukan, "...perlu adanya stadium general atau seminar untuk santri dan walisantrinya dengan mendatangkan praktisi penguatan mental anak yang bekerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak (KPAI)." Hal ini penting untuk ditindaklanjuti melihat generasi saat ini mudah mengeluh. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Pak Mukhlason seorang kuasa hukum mengatakan, "...edukasi kepada walisantri juga perlu dilakukan, mengingat santri yang sering mengadu ke walinya. Walisantri juga tidak dibenarkan jika mempercayai semua aduan putra putri nya," tutur alumni 2003 asal Tulungagung.

Kendati demikian pesantren memiliki segudang ilmu yang bisa diaplikasikan. Pengajaran ilmu akhlaq harus sering disampaikan. Kasi Bimas Islam Kemenag Jombang, Pak Mashur Hari mengungkapkan "...bentuk ikatan batin antara santri dan kiai adalah dengan mengaji kitab ta'lim muta'llim yang diajarkan langsung oleh kiainya," tutur almuni '94 itu.

3. Tim Penjamin Mutu Pendidikan

Tim Penjamin Mutu (TPM) adalah tim yang dibentuk untuk memastikan kualitas pendidikan di lembaga sesuai dengan standar yang ditetapkan. TPM memiliki berbagai tugas, antara lain mengkoordinasikan penjaminan mutu, memberikan pembinaan dan pendampingan, melakukan evaluasi diri madrasah (EDM), dan memberikan rekomendasi untuk peningkatan mutu. Kasi Kemenag Sidoarjo, Pak Nashrudin juga pembina asrama mengatakan, "...mungkin perlu dibuat konsep Garis Besar Haluan Asrama sebagai panduan berjalannya sistem atau aktivitas santri dan pembina. Untuk menjaga terlaksananya konsep tadi, perlu dibentuk Tim Penjamin Mutu." Upgrade kepembinaan dan pengurus harus kontinyu dilakukan agar mindset mereka bisa tertata seperti yang diharapkan.

Kontributor  : R. Mukti